"Sudah sampe belom?"
".."
"Sudah sampai belom??"
"Berisikkkkkk!!!!" Lexy kembali melolong menanggapi pertanyaan ku. Sambil terkekeh geli, aku kembali diam dan berjalan lagi.
Entah sudah berapa lama kami ada di dalam terowongan 'geje' ini. Menurut peta yang dibawa Lexy, harusnya sebentar lagi kita sampai di sebuah tempat seperti perpustakaan yang tadi kami datangi. Tapi sepertinya dari tadi kita tidak maju - maju dari peta itu.
Ren tidak banyak bicara (apalagi Inuki, yang cuma mengikutinya dari belakang). Ia selalu berada di dekat Lexy, berusaha meyakinkan temannya itu kalau mereka berada di jalan yang benar. Hihihi, aneh sekali, padahal dulu di kota tanpa nama itu mereka tidak mau berbicara satu sama lain.
Kalau Mir, sekarang ia lebih terbuka, lebih cerewet gara - gara aku selalu mengajaknya menggosip. Elang coklatnya itu lebih suka terbang di sebelah Phoenix. Seolah - olah mereka sedang berbicara dengan bahasa burung.
"Awas." Frey menarikku mundur, menghindari tonjolan yang cukup tajam di depan mataku. "Dasar, meleng aja terus." gumamnya sambil menepuk kepalaku. Dengan sayang, aku menggelayut lengannya. Frey hanya terkekeh.
Sudah lama aku tidak bermanja - manja pada nya. Dulu saat kami masih kecil, aku selalu nempel padanya, tidak mau lepas. Aku selalu menghormati Frey. Bisa apa saja, kuat, seperti sekarang, saat semuanya memasang wajah lemas, cuman dia yang masih segar dan selalu memberi dorongan dari belakang.
"Yosh!" Lexy dan Ren berhenti mendadak, membuatku menabrak Mir di depanku. "Ini dia."
"Apa? Jalan buntu?!" Aku gantian melolong. Tapi Lexy, lagi - lagi dengan gaya 'sok cool' nya, menekan salah satu bagian, dan 'Voila'! Ruangan dengan rak buku menjulang terbuka di depan kami. Setelah termangu beberapa saat, kami semua memasuki ruangan itu, dan mulai mengubek - ubek isi buku di sana.