Setelah kelima bocah itu memasuki gerbong, mereka akhirnya tau, bagaimana kereta itu bisa tiba - tiba berdiri tegak di depan mereka. Kereta hitam itu terangkat ke atas. Lexy bisa melihat permukaan tanah yang semakin menjauh. Sampai di ketinggian tertentu, kereta itu berhenti bergerak naik, dan mulai bergerak maju ke depan.
"Err.." Frey berusaha memulai percakapan dengan salah satu jubah putih yang sepertinya adalah pimpinan mereka.
"Selamat datang... Kami sudah menunggu kalian.."
"Apa maksudnya itu?" Lexy mengerutkan dahi nya, meminta penjelasan yang jelas dan singkat.
"Kami mengirim pesan ke dunia kalian, dan kalian menjawab panggilan kami. Panggilan untuk membantu kami," jawabnya lagi, sebelum Freya sempat memotong lebih lanjut. "Kami kekurangan orang di sini. Kami butuh anak - anak seperti kalian untuk membenahi tempat ini."
"Memangnya... ada apa dengan tempat ini? Lalu tadi kau bilang... dunia kami..?" Mir memberanikan diri bertanya.
Jubah putih yang berbicara itu akhirnya memperkenalkan dirinya. Shiro. Demikian ia biasa dipanggil. Tanpa menjelaskan lebih lanjut tentang segerombolan orang di belakangnya, ia melanjutkan cerita yang tadi. Kereta hitam ini bisa disebut sebagai perantara antar dimensi. Sekali menaiki kereta ini, maka orang itu akan sampai ke dunia -- atau dimensi -- lain.
Tempat mereka berada sekarang, walaupun terlihat biasa - biasa saja, ternyata tidak begitu di dalamnya. 'Inti' dari dunia ini sudah mulai berkarat. Mulai rusak. Penuh dengan Shadow, yang artinya, penuh dengan pikiran jahat dari para penghuni nya. Selama Shadow masih ada, maka dunia ini akan menjadi semakin buruk.
"Apa hubungannya dengan kami?" Ren kali ini bertanya.
"Bisa dibilang, kami kekurangan jiwa yang masih polos seperti kalian." Freya menjatuhkan pandangan menyindir ke arah Lexy, yang balas menatapnya. "Keberadaan partner di sebelah kalian adalah buktinya. Selama mereka masih mendampingi kalian, maka selama itu pula kami membutuhkan kalian."
"Artinya kami tidak bisa pulang sebelum mereka..." Frey menghentikan kata - katanya. Shiro hanya mengangguk pelan. "Aku.. entahlah.. bagaimana ya bilangnya... walaupun baru sebentar, tapi rasanya berat kalau harus berpisah dengan Rabi. Memangnya, apa tandanya kalau tugas kami di sini sudah selesai?"
"Biar ngobrolnya lebih enak, mari ikut dengan ku." Pintu gerbong kereta terbuka di belakang Shiro dan gerombolannya. Pemandangan yang sangat indah untuk dilihat. Sekeliling mereka hanya ada awan, dengan bangunan menjulang tinggi di sana. "Oh ya, ini adalah tempat tinggal kami, para Light. Selamat datang, di Klaudi Town.."
0 comments:
Post a Comment