Suasana di luar sepi sekali. Tidak ada suara satu pun. Para Dewan Petinggi itu juga sudah pergi meninggalkan tempat pertemuan. Kelima bocah itu bersandar ke dinding luar rumah.
Lexy memimpin barisan, karena ia sudah biasa dengan kegelapan malam, dan menurut Freya, ia lebih 'berpengalaman' buat menyelinap seperti ini. Sambil memicingkan sepasang matanya, Lexy berusaha mencari celah buat mereka lewat kalau misalnya mereka ketauan nanti.
Celetukan Freya sore itu ternyata bukan hanya gurauan. Ia benar- benar niat untuk melakukannya. Lexy, yang suka dengan tantangan seperti itu, tentu saja mendukungnya 100%, membuat Frey meliriknya tajam, tapi akhirnya setuju juga.
"Tentu saja ke tempat pertemuan tadi siang." celetuk Freya enteng saat ditanya tujuan mereka. "Memang belum tentu ada sesuatu sih di sana, tapi memangnya ada tempat lain ya?" Dengan alasan yang pas - pas an itu, akhirnya yang lain setuju juga. "Tentu saja, Guri dan yang lain tidak boleh ikut." ujar Freya lagi saat Dino di sebelahnya itu mulai merajuk.
Bulan malam itu tidak begitu terang, sehingga mereka bisa bebas bergerak. Ren berniat masuk lewat depan, tapi Lexy langsung mencegahnya. "Di mana - mana yang namanya menyelinap itu lewat belakang, bodoh!" Sambil menggerutu, Ren mengikuti Lexy dari belakang.
Entah kapan Lexy menyelidiki seluk beluk bangunan itu, atau memang instingnya bagus, dengan mudah ia menemukan pintu belakang yang tidak diduga oleh yang lainnya. Begitu masuk, Frey langsung membekap mulut Freya yang sudah siap menjerit. Patung yang terbuat dari batuan putih, berdiri tegak di depan mereka. Yang lebih membuat Freya ingin menjerit adalah, patung itu PERSIS seperti Shiro.
Biar Freya tidak lagi ketakutan, Frey menggiringnya jauh - jauh, masuk ke dalam lebih jauh lagi. Mereka berhenti di aula tengah, tempat mereka mendengarkan ceramah tadi siang. Lemari buku mengelilingi tempat itu, menjulang tinggi sampai ke atas.
"Jadi? Mau cari di mana?" tanya Mir setelah terdiam sesaat melihat banyaknya buku di sana. "Sekitar 1000 buku ada lo.." gumamnya.
Lexy meraba - raba di sekitar lemari itu. Bunyi 'klik' membuat keempat bocah yang lainnya menoleh. Lemari di depan Lexy terbuka perlahan, menunjukkan sebuah jalan rahasia. Gumaman "Hoouwww.." pelan membuat Lexy salah tingkah.
Jalan rahasia itu menuju ke sebuah ruangan kecil, dengan meja, kursi, dan lemari kecil dengan 2 buah buku di sana. Frey membuka buku bersampul hitam, sedangkan Ren membuka buku bersampul putih.
"Jangan dibaca di sini. Bawa ke rumah aja, baru baca di sana." usul Lexy, diikuti anggukan yang lain. Dengan sigap, Lexy mengganti 2 buku itu dengan buku di luar, yang besar dan warnanya hampir mirip.
Backtrack keluar dari tempat pertemuan itu tidak se-menegangkan yang mereka bayangkan. Sama sekali tidak ada tanda - tanda mereka akan ketauan. Meskipun begitu, Lexy tetap mengambil jalan pintas lain untuk kembali ke rumah.
Sampai di tempat tujuan, mereka merebahkan diri di sofa, sambil tertawa puas.
Lexy memimpin barisan, karena ia sudah biasa dengan kegelapan malam, dan menurut Freya, ia lebih 'berpengalaman' buat menyelinap seperti ini. Sambil memicingkan sepasang matanya, Lexy berusaha mencari celah buat mereka lewat kalau misalnya mereka ketauan nanti.
Celetukan Freya sore itu ternyata bukan hanya gurauan. Ia benar- benar niat untuk melakukannya. Lexy, yang suka dengan tantangan seperti itu, tentu saja mendukungnya 100%, membuat Frey meliriknya tajam, tapi akhirnya setuju juga.
"Tentu saja ke tempat pertemuan tadi siang." celetuk Freya enteng saat ditanya tujuan mereka. "Memang belum tentu ada sesuatu sih di sana, tapi memangnya ada tempat lain ya?" Dengan alasan yang pas - pas an itu, akhirnya yang lain setuju juga. "Tentu saja, Guri dan yang lain tidak boleh ikut." ujar Freya lagi saat Dino di sebelahnya itu mulai merajuk.
Bulan malam itu tidak begitu terang, sehingga mereka bisa bebas bergerak. Ren berniat masuk lewat depan, tapi Lexy langsung mencegahnya. "Di mana - mana yang namanya menyelinap itu lewat belakang, bodoh!" Sambil menggerutu, Ren mengikuti Lexy dari belakang.
Entah kapan Lexy menyelidiki seluk beluk bangunan itu, atau memang instingnya bagus, dengan mudah ia menemukan pintu belakang yang tidak diduga oleh yang lainnya. Begitu masuk, Frey langsung membekap mulut Freya yang sudah siap menjerit. Patung yang terbuat dari batuan putih, berdiri tegak di depan mereka. Yang lebih membuat Freya ingin menjerit adalah, patung itu PERSIS seperti Shiro.
Biar Freya tidak lagi ketakutan, Frey menggiringnya jauh - jauh, masuk ke dalam lebih jauh lagi. Mereka berhenti di aula tengah, tempat mereka mendengarkan ceramah tadi siang. Lemari buku mengelilingi tempat itu, menjulang tinggi sampai ke atas.
"Jadi? Mau cari di mana?" tanya Mir setelah terdiam sesaat melihat banyaknya buku di sana. "Sekitar 1000 buku ada lo.." gumamnya.
Lexy meraba - raba di sekitar lemari itu. Bunyi 'klik' membuat keempat bocah yang lainnya menoleh. Lemari di depan Lexy terbuka perlahan, menunjukkan sebuah jalan rahasia. Gumaman "Hoouwww.." pelan membuat Lexy salah tingkah.
Jalan rahasia itu menuju ke sebuah ruangan kecil, dengan meja, kursi, dan lemari kecil dengan 2 buah buku di sana. Frey membuka buku bersampul hitam, sedangkan Ren membuka buku bersampul putih.
"Jangan dibaca di sini. Bawa ke rumah aja, baru baca di sana." usul Lexy, diikuti anggukan yang lain. Dengan sigap, Lexy mengganti 2 buku itu dengan buku di luar, yang besar dan warnanya hampir mirip.
Backtrack keluar dari tempat pertemuan itu tidak se-menegangkan yang mereka bayangkan. Sama sekali tidak ada tanda - tanda mereka akan ketauan. Meskipun begitu, Lexy tetap mengambil jalan pintas lain untuk kembali ke rumah.
Sampai di tempat tujuan, mereka merebahkan diri di sofa, sambil tertawa puas.
0 comments:
Post a Comment