"Lokasi pastinya di mana sih?" tanya Mir.
"Hmm.. dari sini... sebentar." Lexy beranjak dari sofa. Ren mengkutinya dari belakang, meninggalkan Frey-Freya, dan Mir.
Freya terkekeh geli.
"Apa sih? Mulai gila ya?" sindir Frey yang langsung digeplak.
"Itu lo, si Lexy. Lucu juga. Belum pernah aku liat dia serius seperti itu."
"Biasanya kan dia berandalan," Mir ikutan terkekeh.
"Betul, betul! Sekarang keliatannya, 'waaah kerennnn' gitu!" Freya nyengir lebar, melanjutkan gosipnya dengan Mir yang terlihat sangat tertarik. Frey hanya bisa geleng - geleng kepala sambil berkomentar, "Dasar cewek.."
Sesaat kemudian Lexy dan Ren kembali dengan wajah cemberut. Ren terduduk lemas dengan kepala terkulai. Sedangkan Lexy menengadahkan kepalanya.
"Ada 2." gumam Lexy akhirnya setelah dipaksa bicara. "Jalan masuk yang ada di peta ini ada 2. Tapi mana yang benar, mana yang salah.. haduhhhhh..." Lexy menggusak - gusak kepalanya sendiri.
"Jadi? Apa kita harus berpencar?"
"Mana mungkin!" Lexy dan Ren berteriak bersamaan, sambil kemudian berpandangan satu sama lain. "Kalau berpencar lagi.. kita nggak tau kapan bisa berkumpul lagi kan.."
"Kan tidak mungkin kita melewati 2 jalan itu satu persatu.."
"Makanya itu.." Ren menghela nafasnya sekali lagi. "Dua duanya tidak ada yang meyakinkan lagi.. Yang satu dipenuhi semak belukar. Yang satu tempat masuknya kecil sekali, tapi masih bisa dimasuki sih."
Lexy membolak balik peta itu lagi. Mencari simbol yang mungkin bisa memberi mereka petunjuk. Sebuah bulatan di ujung peta membuat Lexy mendekatkan hidungnya.
"Apa ya ini..?" Seakan ada sesuatu yang terlintas di kepalanya, Lexy kembali berlari ke luar. Ren, setelah menghela nafas, akhirnya mengikuti Lexy juga.
Tidak perlu waktu lama, beberapa saat kemudian, keduanya kembali dengan wajah yang lebih cerah.
"Kayaknya, malam kita belum kelar nih.." ujar Frey.
"Ayo! Kali ini, seperti nya kita harus membangunkan Phoenix dkk."
Dengan bekal makanan secukupnya, lima bocah dengan lima partner itu bersiap berangkat.
"Hmm.. dari sini... sebentar." Lexy beranjak dari sofa. Ren mengkutinya dari belakang, meninggalkan Frey-Freya, dan Mir.
Freya terkekeh geli.
"Apa sih? Mulai gila ya?" sindir Frey yang langsung digeplak.
"Itu lo, si Lexy. Lucu juga. Belum pernah aku liat dia serius seperti itu."
"Biasanya kan dia berandalan," Mir ikutan terkekeh.
"Betul, betul! Sekarang keliatannya, 'waaah kerennnn' gitu!" Freya nyengir lebar, melanjutkan gosipnya dengan Mir yang terlihat sangat tertarik. Frey hanya bisa geleng - geleng kepala sambil berkomentar, "Dasar cewek.."
Sesaat kemudian Lexy dan Ren kembali dengan wajah cemberut. Ren terduduk lemas dengan kepala terkulai. Sedangkan Lexy menengadahkan kepalanya.
"Ada 2." gumam Lexy akhirnya setelah dipaksa bicara. "Jalan masuk yang ada di peta ini ada 2. Tapi mana yang benar, mana yang salah.. haduhhhhh..." Lexy menggusak - gusak kepalanya sendiri.
"Jadi? Apa kita harus berpencar?"
"Mana mungkin!" Lexy dan Ren berteriak bersamaan, sambil kemudian berpandangan satu sama lain. "Kalau berpencar lagi.. kita nggak tau kapan bisa berkumpul lagi kan.."
"Kan tidak mungkin kita melewati 2 jalan itu satu persatu.."
"Makanya itu.." Ren menghela nafasnya sekali lagi. "Dua duanya tidak ada yang meyakinkan lagi.. Yang satu dipenuhi semak belukar. Yang satu tempat masuknya kecil sekali, tapi masih bisa dimasuki sih."
Lexy membolak balik peta itu lagi. Mencari simbol yang mungkin bisa memberi mereka petunjuk. Sebuah bulatan di ujung peta membuat Lexy mendekatkan hidungnya.
"Apa ya ini..?" Seakan ada sesuatu yang terlintas di kepalanya, Lexy kembali berlari ke luar. Ren, setelah menghela nafas, akhirnya mengikuti Lexy juga.
Tidak perlu waktu lama, beberapa saat kemudian, keduanya kembali dengan wajah yang lebih cerah.
"Kayaknya, malam kita belum kelar nih.." ujar Frey.
"Ayo! Kali ini, seperti nya kita harus membangunkan Phoenix dkk."
Dengan bekal makanan secukupnya, lima bocah dengan lima partner itu bersiap berangkat.
0 comments:
Post a Comment