Pepohonan menjulang tinggi di kanan dan kiri Ren. Sambil menghela nafas, ia mengelus Inuki di sebelahnya, berusaha mengembalikan tenaga nya yang hilang setelah memasuki Dream Forest. Peta di tangannya diremas perlahan.
Mata nya terpejam perlahan. Berusaha menenangkan pikirannya yang kacau, gara - gara merasa tersesat. Ia yakin sekali arah tujuannya sudah benar, tapi entah kenapa, tempat tujuan yang seharusnya sudah dicapai dari tadi tidak ketemu juga.
"Inuki... Ngomong dong..." gumam Ren setengah sadar. Yang dipanggil hanya menoleh perlahan. "Padahal yang lainnya bisa bicara kan... kenapa cuma kau saja yang tidak bisa..." Ren melirik isi sms yang baru saja diterima dari Frey, yang sepertinya di sent to all.
Ren mengangkat kepalanya. Tanpa sengaja, matanya menangkap sesuatu. Ren berdiri tegak sambil memicingkan matanya.
"Inuki... itu apa ya..?" Ren menunjuk ke titik merah di ujung langit. Seolah mengerti apa yang ingin dilakukan Ren, Inuki mengeluarkan cahaya dari mulutnya itu, ke arah langit.
Cahaya biru menutupi titik merah itu. Membuatnya seolah menghilang. Beberapa detik kemudian, Titik merah itu membesar perlahan, mendekat ke arah hutan. Belum sempat Ren dan Inuki menghindar, titik yang mulai menjadi cahaya merah pekat itu sudah menyelimuti keduanya.
Di dalam kepala Ren, suara seseorang bergema pelan.
'Jangan khawatir, aku akan selalu menemani mu Ren... Walaupun mulutku tidak bisa bicara.. Aku akan selalu melindungi mu...'
"Inuki.." Ren membuka matanya perlahan. Serigala biru itu berdiri dengan tegap di depannya.
'Sebentar lagi kita sampai... Sampai saat itu, istirahatlah yang cukup..'
Sambil tersenyum puas, mata Ren kembali menutup.
Mata nya terpejam perlahan. Berusaha menenangkan pikirannya yang kacau, gara - gara merasa tersesat. Ia yakin sekali arah tujuannya sudah benar, tapi entah kenapa, tempat tujuan yang seharusnya sudah dicapai dari tadi tidak ketemu juga.
"Inuki... Ngomong dong..." gumam Ren setengah sadar. Yang dipanggil hanya menoleh perlahan. "Padahal yang lainnya bisa bicara kan... kenapa cuma kau saja yang tidak bisa..." Ren melirik isi sms yang baru saja diterima dari Frey, yang sepertinya di sent to all.
'Aku dan Rabi sedang dalam perjalanan menuju Istana. Bagaimana dengan mu? Sehat? Di mana kau sekarang? Ada kejadian apa? Aku dan Rabi baik - baik saja.'
'Aku baru saja tau, kalau ternyata Rabi bisa bicara. Kaget sih, tapi dengan begini ada teman ngobrol. Seharusnya yang lain juga bisa kan?'
'Nanti kalau sudah sampai, aku akan kabari kau lagi. Sampai nanti.'
'Aku baru saja tau, kalau ternyata Rabi bisa bicara. Kaget sih, tapi dengan begini ada teman ngobrol. Seharusnya yang lain juga bisa kan?'
'Nanti kalau sudah sampai, aku akan kabari kau lagi. Sampai nanti.'
Ren mengangkat kepalanya. Tanpa sengaja, matanya menangkap sesuatu. Ren berdiri tegak sambil memicingkan matanya.
"Inuki... itu apa ya..?" Ren menunjuk ke titik merah di ujung langit. Seolah mengerti apa yang ingin dilakukan Ren, Inuki mengeluarkan cahaya dari mulutnya itu, ke arah langit.
Cahaya biru menutupi titik merah itu. Membuatnya seolah menghilang. Beberapa detik kemudian, Titik merah itu membesar perlahan, mendekat ke arah hutan. Belum sempat Ren dan Inuki menghindar, titik yang mulai menjadi cahaya merah pekat itu sudah menyelimuti keduanya.
Di dalam kepala Ren, suara seseorang bergema pelan.
'Jangan khawatir, aku akan selalu menemani mu Ren... Walaupun mulutku tidak bisa bicara.. Aku akan selalu melindungi mu...'
"Inuki.." Ren membuka matanya perlahan. Serigala biru itu berdiri dengan tegap di depannya.
'Sebentar lagi kita sampai... Sampai saat itu, istirahatlah yang cukup..'
Sambil tersenyum puas, mata Ren kembali menutup.
0 comments:
Post a Comment