Saat Mir tersadar, sekelilingnya gelap gulita. Tidak ada satu cahaya pun. Tapi anehnya, dia bisa melihat dirinya sendiri, dan Brownie tepat di sebelahnya.
'Kau sudah sadar?' Suara rendah Brownie membuat Mir terlonjak. Belum sempat Mir membuka mulutnya, Brownie sudah bicara lagi. 'Tidak usah kaget begitu.'
"Di mana ini?"
'Perbatasan Dark dan Light.' Mir menatap ke sekelilingnya.
"Bagaimana cara kita keluar dari sini?"
'Percaya saja, dan ikuti aku. Sedikit saja kau kehilangan kepercayaan mu, maka kau akan tersesat di sini. Selamanya.' Brownie mulai terbang rendah, diikuti Mir dari belakang.
"Aku percaya pada mu. Bawa aku keluar, oke?"
Perjalanan keduanya tidak begitu menyenangkan. Berkali - kali Mir menabrakkan kepalanya entah ke mana. Tabrakan terakhir membuat Mir sedikit panik, karena ia merasakan darah mengucur dari kepalanya.
'Itu bukan darahmu kok. Karena di sini sebenarnya tidak ada halangan, hanya sugesti mu saja.' Nasehat dari Brownie membuat Mir mengerutkan kepalanya. Tapi setelah mencoba berpikir bahwa tidak terjadi apa - apa pada kepalanya, ia tidak lagi merasakan darah yang mengucur itu. Sepanjang perjalanan pun tidak ada lagi yang menahannya.
'Sebentar lagi kita sampai, jangan terburu - buru ya, karena pikiranmu bisa kacau nanti.'
"Hei, dari tadi aku mau tanya. Bagaimana kita bisa masuk ke tempat seperti ini?"
'Hati mu terlalu lemah.' Mir mengerutkan keningnya. 'Kau jadi kacau gara - gara ditinggal adik mu itu kan? Dalam keadaan seperti itu kau jalan - jalan tanpa arah, tentu saja kau jadi santapan Light.'
"Maksudnya..?"
'Light. Mereka senang mempermainkan orang labil seperti mu. Membawa mereka ke tempat ini. Dan jika mereka tidak cukup kuat, mereka akan mengendap di sini. Nah, siap - siap, jalan keluarnya sudah di depan ma-'
Cahaya terang membuat Mir memejamkan matanya, memotong kata - kata Brownie, dan detik berikutnya saat Mir membuka mata, mereka berada di kota baru.
Hazel Town.
'Kau sudah sadar?' Suara rendah Brownie membuat Mir terlonjak. Belum sempat Mir membuka mulutnya, Brownie sudah bicara lagi. 'Tidak usah kaget begitu.'
"Di mana ini?"
'Perbatasan Dark dan Light.' Mir menatap ke sekelilingnya.
"Bagaimana cara kita keluar dari sini?"
'Percaya saja, dan ikuti aku. Sedikit saja kau kehilangan kepercayaan mu, maka kau akan tersesat di sini. Selamanya.' Brownie mulai terbang rendah, diikuti Mir dari belakang.
"Aku percaya pada mu. Bawa aku keluar, oke?"
Perjalanan keduanya tidak begitu menyenangkan. Berkali - kali Mir menabrakkan kepalanya entah ke mana. Tabrakan terakhir membuat Mir sedikit panik, karena ia merasakan darah mengucur dari kepalanya.
'Itu bukan darahmu kok. Karena di sini sebenarnya tidak ada halangan, hanya sugesti mu saja.' Nasehat dari Brownie membuat Mir mengerutkan kepalanya. Tapi setelah mencoba berpikir bahwa tidak terjadi apa - apa pada kepalanya, ia tidak lagi merasakan darah yang mengucur itu. Sepanjang perjalanan pun tidak ada lagi yang menahannya.
'Sebentar lagi kita sampai, jangan terburu - buru ya, karena pikiranmu bisa kacau nanti.'
"Hei, dari tadi aku mau tanya. Bagaimana kita bisa masuk ke tempat seperti ini?"
'Hati mu terlalu lemah.' Mir mengerutkan keningnya. 'Kau jadi kacau gara - gara ditinggal adik mu itu kan? Dalam keadaan seperti itu kau jalan - jalan tanpa arah, tentu saja kau jadi santapan Light.'
"Maksudnya..?"
'Light. Mereka senang mempermainkan orang labil seperti mu. Membawa mereka ke tempat ini. Dan jika mereka tidak cukup kuat, mereka akan mengendap di sini. Nah, siap - siap, jalan keluarnya sudah di depan ma-'
Cahaya terang membuat Mir memejamkan matanya, memotong kata - kata Brownie, dan detik berikutnya saat Mir membuka mata, mereka berada di kota baru.
Hazel Town.
0 comments:
Post a Comment