Shadow.
Bayangan yang ada di pikiran, hati, atau apa pun itu, di tiap manusia. Pikiran jahat, perasaan iri, marah, keinginan untuk balas dendam, semua yang tidak baik itu pasti ada di sudut pikiran setiap orang.
Di sini ada Sunset Town, kota di mana senja punya waktu yang lebih lama dari biasanya. Di saat senja itulah, para Shadow mulai bermunculan. Mengumpulkan setiap pikiran jahat orang - orang. Seperti namanya, Shadow mengambil wujud bayangan, dan biasanya keluar dari bayangan orang yang dirasukinya.
Yang bisa mengalahkan Shadow? Tentu saja cahaya, seperti yang keluar dari tangan si Kakek. Makanya tiap kali mati lampu, itu tandanya ada Shadow di dekat sana.
Penjelasan panjang lebar itu diterangkan oleh si Kakek, sambil menikmati makanan yang dibawakan si Nenek. Kelima bocah itu hanya manggut - manggut, antara bingung dan mengerti. Pintu yang jebol sudah kembali berdiri tegak, setelah Lexy dipaksa oleh si Kakek untuk membantu.
"Inuki ya?" Si Nenek mengelus serigala biru yang duduk manis di samping Ren. "Warnanya biru, cakarnya besar juga, pasti sebentar lagi jadi besar, dirawat yang baik ya," si Nenek mengalihkan pandangannya ke arah Ren sambil tersenyum manis. "Yang di sana namanya siapa?" Sambil mengarah ke Dino kecil dan Phoenix.
"Err.. belum punya nama..." gumam Lexy malu, begitu pula dengan Freya yang melirik ke arah Dino di sebelahnya.
"Guri!" seru Freya tiba - tiba. "Dino kecil ini, namanya Guri! Ya kan?" Freya mengelus Dino hijau di sebelahnya dengan lembut.
"Wah wah, tinggal satu yang belum punya nama ya? Ayo cepat dikasi nama, sebelum nanti.."
Sekali lagi, suara 'oooonggggg' panjang dari kereta hitam berkumandang, memotong ucapan si Nenek, diikuti suara dering HP dari kelima bocah itu, yang langsung berpandangan satu sama lain. Ingin memastikan sms apa yang diterima oleh yang lainnya. Tidak ada yang berbeda, semuanya berisi sms yang sama :
"Hoo.. sudah saatnya kalian pergi ya?" Si Kakek mengintip isi sms Frey yang hanya mengangguk pelan. "Apa jawaban kalian?"
"Yes.." Jawaban kompak meluncur dari mulut kelima bocah itu. Setelah berpamitan dengan si Kakek dan Nenek, mengemasi barang - barang mereka, memastikan tidak ada yang teringgal, ditambah dengan bekal dari Nenek untuk tiap orang, dan tentunya untuk hewan kecil di samping mereka, kelima bocah itu segera menuju stasiun.
Tom menyambut mereka. Membukakan pintu gerbong kereta, dan mengatakan bahwa hari ini dia akan mengendalikan kereta hitam mereka. Matahari senja menyambut kepergian mereka, persis seperti saat mereka tiba di Sunset pertama kalinya.
Setelah memandang Sunset untuk, mungkin, terakhir kalinya, Ren menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Menutup matanya. Dan perlahan, kereta hitam itu kembali melaju.
Bayangan yang ada di pikiran, hati, atau apa pun itu, di tiap manusia. Pikiran jahat, perasaan iri, marah, keinginan untuk balas dendam, semua yang tidak baik itu pasti ada di sudut pikiran setiap orang.
Di sini ada Sunset Town, kota di mana senja punya waktu yang lebih lama dari biasanya. Di saat senja itulah, para Shadow mulai bermunculan. Mengumpulkan setiap pikiran jahat orang - orang. Seperti namanya, Shadow mengambil wujud bayangan, dan biasanya keluar dari bayangan orang yang dirasukinya.
Yang bisa mengalahkan Shadow? Tentu saja cahaya, seperti yang keluar dari tangan si Kakek. Makanya tiap kali mati lampu, itu tandanya ada Shadow di dekat sana.
Penjelasan panjang lebar itu diterangkan oleh si Kakek, sambil menikmati makanan yang dibawakan si Nenek. Kelima bocah itu hanya manggut - manggut, antara bingung dan mengerti. Pintu yang jebol sudah kembali berdiri tegak, setelah Lexy dipaksa oleh si Kakek untuk membantu.
"Inuki ya?" Si Nenek mengelus serigala biru yang duduk manis di samping Ren. "Warnanya biru, cakarnya besar juga, pasti sebentar lagi jadi besar, dirawat yang baik ya," si Nenek mengalihkan pandangannya ke arah Ren sambil tersenyum manis. "Yang di sana namanya siapa?" Sambil mengarah ke Dino kecil dan Phoenix.
"Err.. belum punya nama..." gumam Lexy malu, begitu pula dengan Freya yang melirik ke arah Dino di sebelahnya.
"Guri!" seru Freya tiba - tiba. "Dino kecil ini, namanya Guri! Ya kan?" Freya mengelus Dino hijau di sebelahnya dengan lembut.
"Wah wah, tinggal satu yang belum punya nama ya? Ayo cepat dikasi nama, sebelum nanti.."
Sekali lagi, suara 'oooonggggg' panjang dari kereta hitam berkumandang, memotong ucapan si Nenek, diikuti suara dering HP dari kelima bocah itu, yang langsung berpandangan satu sama lain. Ingin memastikan sms apa yang diterima oleh yang lainnya. Tidak ada yang berbeda, semuanya berisi sms yang sama :
"Get ready for the next stop!"
"Don't miss this one,
a new place waiting for you."
"Bring nothing but your courage,
your friends,
your belongings."
"Keep those dearest to you as close as possible."
"Do you wanna go?"
"Yes or No"
"Don't miss this one,
a new place waiting for you."
"Bring nothing but your courage,
your friends,
your belongings."
"Keep those dearest to you as close as possible."
"Do you wanna go?"
"Yes or No"
"Hoo.. sudah saatnya kalian pergi ya?" Si Kakek mengintip isi sms Frey yang hanya mengangguk pelan. "Apa jawaban kalian?"
"Yes.." Jawaban kompak meluncur dari mulut kelima bocah itu. Setelah berpamitan dengan si Kakek dan Nenek, mengemasi barang - barang mereka, memastikan tidak ada yang teringgal, ditambah dengan bekal dari Nenek untuk tiap orang, dan tentunya untuk hewan kecil di samping mereka, kelima bocah itu segera menuju stasiun.
Tom menyambut mereka. Membukakan pintu gerbong kereta, dan mengatakan bahwa hari ini dia akan mengendalikan kereta hitam mereka. Matahari senja menyambut kepergian mereka, persis seperti saat mereka tiba di Sunset pertama kalinya.
Setelah memandang Sunset untuk, mungkin, terakhir kalinya, Ren menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Menutup matanya. Dan perlahan, kereta hitam itu kembali melaju.
0 comments:
Post a Comment