Frey dan Freya. Kata orang, itu adalah nama dewa dewi kembar dari legenda mithos Yunani. Menyandang nama yang dianggap hebat oleh orang - orang, aku selalu berusaha sebaik mungkin agar bisa diterima di lingkungan tempat tinggalku. Nilai terbaik sekelas, loncat kelas, masuk universitas paling bagus. Tidak ada orang tua yang lebih bangga lagi selain orang tuaku. Seharusnya hal itu juga berlaku untuk seluruh anggota keluargaku. Tapi tidak begitu dengan Freya.
Saudara kembar cewek ku yang satu ini selalu santai. Aku selalu memberi contoh agar dia rajin seperti ku, tapi sepertinya ia hanya rajin di bidang olahraga saja. Anak kembar katanya punya insting yang lebih bagus. Sepertinya hal itu benar. Terbukti saat Freya ingin pergi dari rumah, entah kenapa firasatku langsung menyuruhku untuk pergi ke stasiun. Dan benar saja. Hanya ditemani oleh seekor Dino hijau di sebelahnya, Freya hendak menaiki kereta hitam yang tidak jelas itu.
Sebenarnya aku iri. Hanya Freya yang mendapat undangan untuk pergi. Aku juga mau. Aku tidak mau kalah dari siapapun, termasuk saudara ku sendiri. Karena itu aku ikut menaiki kereta hitam yang pertama kali berhenti di Sunset itu. Untuk pertama kalinya, Freya bersikap sangat cuek padaku. Dan di kota tanpa nama ini, akhirnya ia pergi meninggalkanku. Ia ikut bersama Lexy, bocah tengil yang suka sok - sok an itu. Aku tidak bisa mencegahnya pergi. Aku hanya merelakannya pergi menaiki kereta hitam itu sekali lagi.
Apa yang kulakukan saat ini.. Aku hanya luntang luntung di jalan tanpa ujung ini. Hanya karena aku penasaran, saat ini aku malah berjalan dengan Rabi, makhluk khayalan ku yang sering kugambar saat kecil. Dia bisa bicara, persis seperti yang kubayangkan dulu. Tapi aku tidak bicara banyak dengannya.
Sungai kecil di sepanjang jalan yang kulalui jadi tempat peristirahatan. Aku tidak tau lagi apa yang kulakukan sekarang. Aku hanya terus berjalan dan berjalan.
'Frey... kau tidak apa - apa?'
"Oh, uhm, tentu saja. Kenapa?" Aku bertanya pada Rabi yang duduk di sebelahku. "Ngomong - ngomong jalan ini menuju ke mana sih?"
'Ke istana.' jawab Rabi singkat. 'Kau mau ke sana?'
"Yah, kan aku sudah tidak ada tujuan lagi.."
'Sedikit lagi sampai kok.'
Aku mengangguk pelan. Pikiranku melayang kembali ke Freya. Bisa apa cewek tomboi cengeng itu sendirian tanpa aku, kakaknya, mendampinginya. Hanya satu yang kuharapkan. Semoga dia tidak apa - apa. Semoga, di suatu tempat, aku bisa bertemu dengannya lagi. Suatu saat nanti...
Saudara kembar cewek ku yang satu ini selalu santai. Aku selalu memberi contoh agar dia rajin seperti ku, tapi sepertinya ia hanya rajin di bidang olahraga saja. Anak kembar katanya punya insting yang lebih bagus. Sepertinya hal itu benar. Terbukti saat Freya ingin pergi dari rumah, entah kenapa firasatku langsung menyuruhku untuk pergi ke stasiun. Dan benar saja. Hanya ditemani oleh seekor Dino hijau di sebelahnya, Freya hendak menaiki kereta hitam yang tidak jelas itu.
Sebenarnya aku iri. Hanya Freya yang mendapat undangan untuk pergi. Aku juga mau. Aku tidak mau kalah dari siapapun, termasuk saudara ku sendiri. Karena itu aku ikut menaiki kereta hitam yang pertama kali berhenti di Sunset itu. Untuk pertama kalinya, Freya bersikap sangat cuek padaku. Dan di kota tanpa nama ini, akhirnya ia pergi meninggalkanku. Ia ikut bersama Lexy, bocah tengil yang suka sok - sok an itu. Aku tidak bisa mencegahnya pergi. Aku hanya merelakannya pergi menaiki kereta hitam itu sekali lagi.
Apa yang kulakukan saat ini.. Aku hanya luntang luntung di jalan tanpa ujung ini. Hanya karena aku penasaran, saat ini aku malah berjalan dengan Rabi, makhluk khayalan ku yang sering kugambar saat kecil. Dia bisa bicara, persis seperti yang kubayangkan dulu. Tapi aku tidak bicara banyak dengannya.
Sungai kecil di sepanjang jalan yang kulalui jadi tempat peristirahatan. Aku tidak tau lagi apa yang kulakukan sekarang. Aku hanya terus berjalan dan berjalan.
'Frey... kau tidak apa - apa?'
"Oh, uhm, tentu saja. Kenapa?" Aku bertanya pada Rabi yang duduk di sebelahku. "Ngomong - ngomong jalan ini menuju ke mana sih?"
'Ke istana.' jawab Rabi singkat. 'Kau mau ke sana?'
"Yah, kan aku sudah tidak ada tujuan lagi.."
'Sedikit lagi sampai kok.'
Aku mengangguk pelan. Pikiranku melayang kembali ke Freya. Bisa apa cewek tomboi cengeng itu sendirian tanpa aku, kakaknya, mendampinginya. Hanya satu yang kuharapkan. Semoga dia tidak apa - apa. Semoga, di suatu tempat, aku bisa bertemu dengannya lagi. Suatu saat nanti...
0 comments:
Post a Comment