Freya langsung merengkuh kedua cowok yang berdiri di hadapannya, Frey dan Lexy. Guri dan Phoenix juga tanpa basa basi langsung memasuki gerbong untuk bergabung dengan Inuki, Brownie dan Rabi. Sebaliknya, Tom malah berlari ke kereta sebelah. Ia meloncati begitu saja pagar pembatas gerbong belakang sampai ke gerbong masinis kereta putih di depannya.
Suara 'buk' keras membuat kelima bocah itu segera menuju gerbong masinis kereta yang satu lagi. Di sana, Shiro terduduk di lantai sambil memegangi pipi nya yang sepertinya baru saja ditinju oleh Tom.
"Jangan ngomel!" Shiro memotong Tom yang baru saja akan membuka mulutnya. "Jangan tanya kenapa, jangan tanya gimana caranya," ujar Shiro seolah bisa membaca jalan pikiran Tom. "Mereka melakukan hal yang sama padaku seperti yang mereka lakukan padamu waktu itu. Jelas 'kan?"
Tom tampak tidak puas dengan ucapan Shiro, ia mulai mengomel tidak karuan, tapi Shiro tidak menggubrisnya sama sekali, dan cuma menjawab dengan kata - kata yang sama. Sampai akhirnya Tom pun kehabisan kata - kata. Ia tau, nasi sudah menjadi bubur, apa pun yang ia katakan tidak ada yang bisa membalikkan keadaan.
Kehadiran Ren dan yang lain tampak tidak dipedulikan oleh Tom dan Shiro, sehingga mereka memutuskan untuk kembali ke gerbong kereta hitam.
"Jadi sekarang Shiro adalah Shadow, dan kereta putih itu buatan Shiro, dan ternyata Nightmare adalah Shiro?" Mir mencoba merangkum inti dari kesimpulan yang dibuat Frey dan Lexy.
"Nightmare dibuat dari 'jiwa' Shiro. Entah bagaimana caranya, pokoknya seperti sebagian diri nya lagi lah. Kereta putih itu juga begitu." Frey mengkoreksi Mir. "Ya, Ren?"
"Err.. mungkin ini sedikit ngaco tapi.. kalau 'jiwa' Shiro sudah dibagi untuk Nightmare dan kereta putih itu... jadi Shiro yang sekarang ada di sana itu...?"
"Kayaknya itu yang bikin Tom marah. Mungkin 'jiwa' itu kayak jangka hidup, jadi makin banyak yang dipakai yaa.." Lexy tidak menyelesaikan kalimatnya. "Tapi dipikir aneh juga sih, kan berarti aslinya mereka berdua sudah.." Dan sekali lagi Lexy terhenti.
"Shadow itu mungkin.. kayak kehidupan kedua." Freya menanggapi. Semua mata tertuju padanya, karena nada suara Freya kali ini beda dengan biasanya. "Kesempatan buat ketemu sama orang yang mereka sayang, kesempatan buat memperbaiki kesalahan mereka, semacam itu lah. Kalau 'jangka hidup' mereka sebagai Shadow sudah habis, apa mereka akan ke surga ya..?"
Dengan sayang, Frey menepuk pelan kepala kembarannya itu. Pembicaraan terhenti, sampai akhirnya Rabi memecahkan keheningan.
'..Tidak peduli Lights, Shadow, manusia biasa, yang penting adalah kita yang sekarang ada di sini.' Rabi berhenti sejenak. 'Itu kata Tom dulu. Entah apa dia masih bisa mengucapkan kalimat itu sekarang.'
Suasana kembali hening, tapi sebuah senyuman menghiasi wajah kelima bocah itu dan partner mereka masing - masing.
Suara 'buk' keras membuat kelima bocah itu segera menuju gerbong masinis kereta yang satu lagi. Di sana, Shiro terduduk di lantai sambil memegangi pipi nya yang sepertinya baru saja ditinju oleh Tom.
"Jangan ngomel!" Shiro memotong Tom yang baru saja akan membuka mulutnya. "Jangan tanya kenapa, jangan tanya gimana caranya," ujar Shiro seolah bisa membaca jalan pikiran Tom. "Mereka melakukan hal yang sama padaku seperti yang mereka lakukan padamu waktu itu. Jelas 'kan?"
Tom tampak tidak puas dengan ucapan Shiro, ia mulai mengomel tidak karuan, tapi Shiro tidak menggubrisnya sama sekali, dan cuma menjawab dengan kata - kata yang sama. Sampai akhirnya Tom pun kehabisan kata - kata. Ia tau, nasi sudah menjadi bubur, apa pun yang ia katakan tidak ada yang bisa membalikkan keadaan.
Kehadiran Ren dan yang lain tampak tidak dipedulikan oleh Tom dan Shiro, sehingga mereka memutuskan untuk kembali ke gerbong kereta hitam.
"Jadi sekarang Shiro adalah Shadow, dan kereta putih itu buatan Shiro, dan ternyata Nightmare adalah Shiro?" Mir mencoba merangkum inti dari kesimpulan yang dibuat Frey dan Lexy.
"Nightmare dibuat dari 'jiwa' Shiro. Entah bagaimana caranya, pokoknya seperti sebagian diri nya lagi lah. Kereta putih itu juga begitu." Frey mengkoreksi Mir. "Ya, Ren?"
"Err.. mungkin ini sedikit ngaco tapi.. kalau 'jiwa' Shiro sudah dibagi untuk Nightmare dan kereta putih itu... jadi Shiro yang sekarang ada di sana itu...?"
"Kayaknya itu yang bikin Tom marah. Mungkin 'jiwa' itu kayak jangka hidup, jadi makin banyak yang dipakai yaa.." Lexy tidak menyelesaikan kalimatnya. "Tapi dipikir aneh juga sih, kan berarti aslinya mereka berdua sudah.." Dan sekali lagi Lexy terhenti.
"Shadow itu mungkin.. kayak kehidupan kedua." Freya menanggapi. Semua mata tertuju padanya, karena nada suara Freya kali ini beda dengan biasanya. "Kesempatan buat ketemu sama orang yang mereka sayang, kesempatan buat memperbaiki kesalahan mereka, semacam itu lah. Kalau 'jangka hidup' mereka sebagai Shadow sudah habis, apa mereka akan ke surga ya..?"
Dengan sayang, Frey menepuk pelan kepala kembarannya itu. Pembicaraan terhenti, sampai akhirnya Rabi memecahkan keheningan.
'..Tidak peduli Lights, Shadow, manusia biasa, yang penting adalah kita yang sekarang ada di sini.' Rabi berhenti sejenak. 'Itu kata Tom dulu. Entah apa dia masih bisa mengucapkan kalimat itu sekarang.'
Suasana kembali hening, tapi sebuah senyuman menghiasi wajah kelima bocah itu dan partner mereka masing - masing.