Walaupun terlihat berdiri tegap dari kejauhan, tapi gedung di depan mata mereka ternyata tidak kalah hancur. Pintu berlapis kayu itu tampak remuk jadi dua. Jendela di bagian kanan dan kiri semuanya retak. Tidak ada satu kaca pun yang masih bertahan di tempatnya semula.
Sementara Shiro sudah masuk jauh ke dalam, Frey dan yang lain memutuskan untuk berkumpul sebentar di depan, berusaha menebak - nebak apa yang sudah terjadi pada Klaudi.
"Apa mungkin Tom mengamuk lalu menghancurkan satu kota?" ujar Mir yang langsung ditepis oleh Ren.
"Ini Tom, mana mungkin sih dia melibatkan orang lain. Memang sih orang lain di sini itu Lights semua, tapi sepertinya Tom nggak sebrutal itu."
"Hmm... kalau begitu..." Mir menimbang - nimbang mencari penjelasan lain.
"Nightmare..?" celetuk Freya sambil menatap kereta mereka yang ada di ujung sana. Frey mengangkat bahu.
"Mungkin. Nightmare yang pertama aja dari Shiro 'kan? Mungkin Mereka melakukan hal yang sama pada Tom, jadi ada Nightmare lagi, tapi yang kali ini jadi brutal."Frey manggut - manggut mengiyakan kesimpulannya sendiri.
Lexy yang biasanya sedikit cerewet masalah beginian, kali ini hanya diam saja. Ia sepertinya tertarik untuk masuk dan menyelidiki lebih lanjut, tapi selama keempat bocah yang lain tidak mau masuk, maka tidak ada satu pun yang masuk, begitu peraturan yang dibuat Frey barusan.
"Aku tidak mau ada yang kepisah lagi."
Entah dari mana munculnya, tiba - tiba dari atap gedung pertemuan itu muncul meteor yang meledakkan sebagian bangunan bagian belakang. Mata kelimanya terbelalak. Di dalam masih ada Shiro. Dengan nekad, Lexy berlari memasuki bangunan di depannya. Frey sempat menahan tangan Lexy, tapi segera melepasnya kembali saat Lexy berbisik lirih.
"Lepaskan tanganku.." Suara Lexy tidak seperti biasanya, dan hal itu membuat Frey sedikit merinding. "Kalian jangan ikut masuk. Tunggu saja di sini."
Tanpa ada yang membantah lagi, Lexy sudah hilang di antara pilar - pilar di dalam gedung. Seolah tau arah yang dituju, kaki Lexy membawanya melangkah ke ruangan kecil di balik lemari - lemari buku yang menjulang tinggi di tengah gedung. Sepasang meja dan kursi masih saja berdiri tegak di sana, seolah tidak terpengaruh kejadian di luar sana. Lexy tidak langsung duduk di kursi. Ia melangkah ke bagian belakang ruangan. Seperti sulap, tangan Lexy menekan sebuah tombol yang sama sekali tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Suara 'klik' pelan disambut dengan gerakan dinding di depannya yang terbuka perlahan. Sinar menyilaukan membuat Lexy memicingkan matanya. Saat mata Lexy sudah mulai terbiasa, ia mendengar suara yang sangat dirindukannya. Pekikan Phoenix yang disambut hembusan angin membuat Lexy menoleh ke belakang.
'Lex..'
"Yo." Tangan Lexy terulur sambil membelai Phoenix yang terbang rendah di depannya. Phoenix sudah akan bertengger di bahu Lexy, sampai tiba - tiba bocah di depannya jatuh tertubruk. Guri dan Inuki menindih badan Lexy sambil meloncat kegirangan. Sementara Brownie terbang pelan dengan Rabi mendampinginya. Lexy cuman menggerutu 'Ouch!" dan detik berikutnya ia sudah tersenyum puas karena sudah mendapat 'Jackpot'.
Tapi Jackpot nya bukan hanya itu saja..
Sementara Shiro sudah masuk jauh ke dalam, Frey dan yang lain memutuskan untuk berkumpul sebentar di depan, berusaha menebak - nebak apa yang sudah terjadi pada Klaudi.
"Apa mungkin Tom mengamuk lalu menghancurkan satu kota?" ujar Mir yang langsung ditepis oleh Ren.
"Ini Tom, mana mungkin sih dia melibatkan orang lain. Memang sih orang lain di sini itu Lights semua, tapi sepertinya Tom nggak sebrutal itu."
"Hmm... kalau begitu..." Mir menimbang - nimbang mencari penjelasan lain.
"Nightmare..?" celetuk Freya sambil menatap kereta mereka yang ada di ujung sana. Frey mengangkat bahu.
"Mungkin. Nightmare yang pertama aja dari Shiro 'kan? Mungkin Mereka melakukan hal yang sama pada Tom, jadi ada Nightmare lagi, tapi yang kali ini jadi brutal."Frey manggut - manggut mengiyakan kesimpulannya sendiri.
Lexy yang biasanya sedikit cerewet masalah beginian, kali ini hanya diam saja. Ia sepertinya tertarik untuk masuk dan menyelidiki lebih lanjut, tapi selama keempat bocah yang lain tidak mau masuk, maka tidak ada satu pun yang masuk, begitu peraturan yang dibuat Frey barusan.
"Aku tidak mau ada yang kepisah lagi."
Entah dari mana munculnya, tiba - tiba dari atap gedung pertemuan itu muncul meteor yang meledakkan sebagian bangunan bagian belakang. Mata kelimanya terbelalak. Di dalam masih ada Shiro. Dengan nekad, Lexy berlari memasuki bangunan di depannya. Frey sempat menahan tangan Lexy, tapi segera melepasnya kembali saat Lexy berbisik lirih.
"Lepaskan tanganku.." Suara Lexy tidak seperti biasanya, dan hal itu membuat Frey sedikit merinding. "Kalian jangan ikut masuk. Tunggu saja di sini."
Tanpa ada yang membantah lagi, Lexy sudah hilang di antara pilar - pilar di dalam gedung. Seolah tau arah yang dituju, kaki Lexy membawanya melangkah ke ruangan kecil di balik lemari - lemari buku yang menjulang tinggi di tengah gedung. Sepasang meja dan kursi masih saja berdiri tegak di sana, seolah tidak terpengaruh kejadian di luar sana. Lexy tidak langsung duduk di kursi. Ia melangkah ke bagian belakang ruangan. Seperti sulap, tangan Lexy menekan sebuah tombol yang sama sekali tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
Suara 'klik' pelan disambut dengan gerakan dinding di depannya yang terbuka perlahan. Sinar menyilaukan membuat Lexy memicingkan matanya. Saat mata Lexy sudah mulai terbiasa, ia mendengar suara yang sangat dirindukannya. Pekikan Phoenix yang disambut hembusan angin membuat Lexy menoleh ke belakang.
'Lex..'
"Yo." Tangan Lexy terulur sambil membelai Phoenix yang terbang rendah di depannya. Phoenix sudah akan bertengger di bahu Lexy, sampai tiba - tiba bocah di depannya jatuh tertubruk. Guri dan Inuki menindih badan Lexy sambil meloncat kegirangan. Sementara Brownie terbang pelan dengan Rabi mendampinginya. Lexy cuman menggerutu 'Ouch!" dan detik berikutnya ia sudah tersenyum puas karena sudah mendapat 'Jackpot'.
Tapi Jackpot nya bukan hanya itu saja..
0 comments:
Post a Comment