Ren dan ketiga bocah lain yang menunggu di depan bangunan mulai tampak tidak sabar. Frey sudah berulang kali berdiri, berniat untuk menyusul Lexy, tapi ia kembali duduk karena tau Lexy pasti akan marah.
"Udah ah, ayo susul dia!" Freya akhirnya tidak betah juga melihat Frey yang setengah - setengah. "Mau dia ngambek kek, ngomel kek, daripada dia balik ke sini tanpa nyawa?!"
'Mir!' Brownie menyeruak keluar dari dalam bangunan, dan Mir langsung memeluk elang coklat di depannya itu. Tidak butuh waktu lama buat Frey dan yang lain untuk melihat Partners mereka masing - masing, yang sedang menarik tubuh Lexy.
Ren dan Frey dengan gesit langsung mengambil alih peran Guri, Inuki dan Rabi yang berusaha membawa Lexy dengan susah payah. Bocah yang biasanya paling berisik itu, kini dilumuri darah segar yang mengalir dari ujung keningnya. Sekujur tubuhnya yang penuh luka sabetan mulai dingin dan bergetar hebat.
"Lex, bertahanlah.." gumam Ren. Freya dan Mir ikutan nimbrung dan segera membalut beberapa luka Lexy, sementara Brownie mengeluarkan tenaga penyembuhnya agar lukanya cepat menutup.
"Apa yang terjadi?" tanya Frey pada Phoenix yang akhirnya muncul juga dan terbang lemas di depannya.
'....Night...mare..' Phoenix terbang rendah dan mendarat di sebelah Lexy. '..Tom..dan Nightmarenya.. Lexy me-'
Keempat bocah itu menoleh panik saat pintu di depan mereka roboh begitu saja. Rabi langsung mencabut pedangnya. Inuki menggeram galak. Sementara Guri berjaga malas seperti biasa. Sosok monster yang sedikit berbeda dengan Nightmare segera muncul dari depan pintu. Tingginya hanya seperti orang dewasa. Tapi sorot mata emasnya cukup untuk membuat mereka semua diam tak bergerak.
Tanpa dikomando, Frey melontarkan sinar biru dari tangannya. Walaupun mengenai Nightmare II itu tepat di dadanya, tapi yang dihantam sama sekali tidak bergerak. Sama sekali tidak merasakan apa pun.
"Sia - sia.."
Suara yang begitu dikenal kelimat bocah itu bergema dari dalam bangunan. Diikuti sosoknya yang membuat mereka merinding. Tom.
"Udah ah, ayo susul dia!" Freya akhirnya tidak betah juga melihat Frey yang setengah - setengah. "Mau dia ngambek kek, ngomel kek, daripada dia balik ke sini tanpa nyawa?!"
'Mir!' Brownie menyeruak keluar dari dalam bangunan, dan Mir langsung memeluk elang coklat di depannya itu. Tidak butuh waktu lama buat Frey dan yang lain untuk melihat Partners mereka masing - masing, yang sedang menarik tubuh Lexy.
Ren dan Frey dengan gesit langsung mengambil alih peran Guri, Inuki dan Rabi yang berusaha membawa Lexy dengan susah payah. Bocah yang biasanya paling berisik itu, kini dilumuri darah segar yang mengalir dari ujung keningnya. Sekujur tubuhnya yang penuh luka sabetan mulai dingin dan bergetar hebat.
"Lex, bertahanlah.." gumam Ren. Freya dan Mir ikutan nimbrung dan segera membalut beberapa luka Lexy, sementara Brownie mengeluarkan tenaga penyembuhnya agar lukanya cepat menutup.
"Apa yang terjadi?" tanya Frey pada Phoenix yang akhirnya muncul juga dan terbang lemas di depannya.
'....Night...mare..' Phoenix terbang rendah dan mendarat di sebelah Lexy. '..Tom..dan Nightmarenya.. Lexy me-'
Keempat bocah itu menoleh panik saat pintu di depan mereka roboh begitu saja. Rabi langsung mencabut pedangnya. Inuki menggeram galak. Sementara Guri berjaga malas seperti biasa. Sosok monster yang sedikit berbeda dengan Nightmare segera muncul dari depan pintu. Tingginya hanya seperti orang dewasa. Tapi sorot mata emasnya cukup untuk membuat mereka semua diam tak bergerak.
Tanpa dikomando, Frey melontarkan sinar biru dari tangannya. Walaupun mengenai Nightmare II itu tepat di dadanya, tapi yang dihantam sama sekali tidak bergerak. Sama sekali tidak merasakan apa pun.
"Sia - sia.."
Suara yang begitu dikenal kelimat bocah itu bergema dari dalam bangunan. Diikuti sosoknya yang membuat mereka merinding. Tom.
0 comments:
Post a Comment