Wednesday, January 30, 2008

Point of No Return -- Week 2

Minggu ke-2.

Kelima bocah itu masih menempati penginapan tanpa nama itu.

Selama itu pula, kakek penunggu meja resepsionis sama sekali tidak terbangun, tetap dengan dengkuran kerasnya. Makanan bukan masalah yang susah, karena setiap pagi, siang dan malam, selalu ada banyak porsi di ruang makan penginapan itu. Entah siapa yang menyiapkan, tapi Mir mengaku pernah melihat wanita setengah baya yang berjalan ke arah dapur, tepat setelah makanan itu ada di atas meja.

Ren merasa bosan. Lexy cuek - cuek saja. Freya merasa senang. Mir selalu was - was. Sedangkan Frey selalu menyindir Freya betapa enaknya jika mereka pulang saja. Inuki, Phoenix dan Dino yang ikut bersama mereka juga tidak menunjukkan aktivitas selayaknya hewan lain. Selama seminggu ini ketiga nya hanya tidur melingkar, berdekatan satu sama lain, dan hanya terbangun saat pemilik masing - masing memberi makan.

Lexy yang memang usil, pernah suatu kali mengganggu Phoenix miliknya saat tidur. Tapi saat ditanya apa yang terjadi, Lexy hanya bungkam seribu bahasa. Ditanya seperti apa pun tetap tidak menjawab, seolah - olah hal itu tidak pernah terjadi.

"Jalan - jalan yuk!" ajak Freya sore itu sambil membawa Dino. Mir mengikuti ajakannya, Ren hanya menitipkan Inuki, dan Phoenix Lexy otomatis ikut serta. Frey ngotot mengikuti dari belakang, padahal Freya sudah menolak mati - matian, tapi akhirnya Frey mengikuti di belakang sambil memegang tali kekang Inuki.

Pertama kali datang, memang kota itu terlihat sangat luas. Tapi ternyata ada banyak jalan yang tidak bisa dilalui, entah karena jalannya tertimbun pepohonan, pavingan semen yang rusak berantakan, bahkan ada yang hanya dihalangi oleh petunjuk keselamatan : "Jangan melintas!". Karena tidak ada tujuan yang menarik, ketiga bocah itu menuju stasiun tempat mereka sampai.

Sunset Town memang kota yang aneh, waktu matahari terbenam terasa lama sekali, padahal biasanya hanya 1 jam, tapi di Sunset bisa 5 - 6 jam, baru langit menjadi gelap.

Stasiun Harrington masih tetap sepi seperti saat mereka datang dulu. Tidak ada tanda - tanda kehidupan sama sekali. Kereta hitam mereka masih berdiri kokoh di sana. Pemandangan baru bagi mereka, kali ini ada sosok masinis yang berdiri tegap di depan kepala gerbong. Topi beret dengan jas hitam sampai ke kaki. Berdiri memandangi kereta hitam di depannya tanpa suara.

0 comments: