Kereta api dengan suara 'oooooooongggg' panjang menghampiri stasiun tempat Ren memeluk lututnya, masih tertidur. Inuki di sebelahnya kontan menyenggol kepala Ren agar yang di sebelahnya segera bangun. Ren menegakkan kepalanya. Wajahnya terlihat sangat senang. Segera ia menaiki kereta di depannya, walaupun tidak tau ia akan sampai di mana.
Suara ribut di luar membuatnya menolehkan kepalanya. Orang rumahnya, mama dan kakak tirinya, sedang berlari mengejar kereta yang mulai melaju.
"REN!! Kembali kamu!! Dasar anak tidak tau diri!!" seru mamanya. Ren hanya menatap wanita itu tanpa jawaban.
"Hei bocah!!" Kali ini Mir, kakak perempuannya ganti berteriak.
"Kalian pulang saja!" seru Ren. Tapi dengan sedikit nekad, Mir berhasil naik ke dalam kereta. Mamanya berteriak histeris memanggil Mir, tapi yang dipanggil hanya melengos. Ren masih terbengong - bengong melihat Mir yang sudah berdiri di depannya sambil terengah - engah.
"Mikir apa kau?!" geram Mir. "Aku khawatir setengah mati tau! Ayo turun!"
Ren hanya terdiam, Inuki di sebelahnya mulai menggeram pelan.
"Jangan bilang kau kabur hanya karena binatang itu!"
"Aku memang ingin pergi! Sudah dari dulu aku ingin keluar dari rumah!"
"Memangnya kau pikir cuman kau saja yang mau?!"
Kereta itu sudah melaju kencang sekarang. Meninggalkan mama Ren dan Mir yang hanya berdiri terpaku melihat kedua anaknya menaiki kereta yang hilang ditelan kabut. Bahkan mamanya tidak yakin kalau ada masinis yang mengendalikan kereta itu.
Lexy termangu melihat kereta hitam besar di hadapannya. Phoenix di sebelahnya sudah menghambur masuk sebelum sempat dihentikan. Lexy mau tak mau langsung menyusulnya. Di dalam, Mir dan Ren masih duduk berhadapan satu sama lain, tanpa bicara satu sama lain. Merasakan ada aura yang mengerikan di sana, Lexy memilih duduk di gerbong lain.
Tempat duduknya lebar dan empuk, mau tak mau Lexy langsung merebahkan tubuhnya yang memang butuh istirahat itu. Pikiran tentang kedua orang tuanya melayang hilang begitu saja, seolah dari awal mereka memang tidak ada hubungan dengannya.
Ribut - ribut di gerbong sebelah membuatnya membuka mata. Lagi - lagi Mir dan Ren bertengkar. Entah apa yang dibahasnya, tapi Lexy malas ikut campur. Sebelum berbalik masuk ke gerbongnya, Lexy melihat 2 sosok orang yang sangat dikenalinya. Mama dan papanya, bergandengan tangan, sibuk mencari dari satu gerbong ke gerbong lain. Lexy secara reflek merendahkan badannya sampai tidak terlihat.
Teriakan mamanya membuat Ren di gerbong sebelah mendatangi Lexy.
"Hei, mereka mencari mu tuh."
"Tau dari mana kalau aku yang dicari?" jawab Lexy cuek.
"Ya sudah kalau gak mau.." Ren langsung kembali ke gerbongnya.
Kereta mulai melaju, pelan, kemudian bertambah cepat. Dari jendela, Lexy bisa melihat mama nya sedang menangis, sementara papa nya berusaha menghibur. Entah sedang kesambet apa, Lexy langsung menjulurkan kepalanya.
"Ma! Pa! Aku pergi dulu!" Kedua orang tuanya hanya terpana. Papa nya kemudian melambaikan tangannya, diikuti oleh mama nya yang masih menangis tidak karuan. "Jangan khawatir! Aku pasti pulang! Mama dan Papa baik - baik ya!"
"Hati - hati, nak..!" seruan Papa nya kemudian hilang ditelan suara cerobong kereta yang makin keras..
"Freya! Mau ke mana kau ini?!"
"Bukan urusan mu kan Frey?! Sudah kau pulang saja!"
"Heh, pergi tanpa pamit, untung insting ku bagus, jadi bisa mengejarmu sampai sini! Sekarang ayo ikut pulang!"
"Gak mau!!!" Freya menarik tangannya. Dino kecil di sebelahnya hanya termangu bingung.
"Sudah, kalau dia tidak mau pulang, biarkan saja.." Lexy melongokkan kepalanya.
"Heh, jangan ikut campur ka - FREYA!!"
Yang dipanggil sudah ngacir masuk ke dalam gerbong kereta, sambil menahan gagang pintu. Frey terlihat geram, sambil memandang Freya yang tidak berani menatap balik mata kakak kembarnya itu.
Frey tanpa ambil pusing, masuk dari pintu gerbong belakang, dan berdiri di hadapan Freya.
"Kalau kau pergi, aku juga ikut."
"Jangan ikut - ikutan dong!" Freya yang duduk di samping Lexy langsung memegang lengan baju Lexy seolah minta dukungan. Frey tambah geram. Ia hanya bisa duduk di depan Freya sambil terus menatapnya, dan Lexy yang terbengong - bengong padahal ia tidak tau apa - apa.
Mir mengintip ke gerbong Lexy dkk, dan hanya geleng - geleng.
"Kau juga tadi berisik kan.." sindir Lexy, membuat Mir langsung menghampirinya dan menjitak kepalanya. "Aduh!"
"Apa sih dari tadi.." Ren kali ini muncul membawa Inuki yang mengekor di belakangnya.
"Terserah kau!" seru Freya menahan air mata. Mir tanpa babibu, menepuk kepala Freya, mencoba menenangkan. Frey dan Ren hanya berpandangan.
Beberapa menit kemudian, cerobong kembali berbunyi 'woooooonngggggg' keras. Siap meninggalkan stasiun terakhir..
Suara ribut di luar membuatnya menolehkan kepalanya. Orang rumahnya, mama dan kakak tirinya, sedang berlari mengejar kereta yang mulai melaju.
"REN!! Kembali kamu!! Dasar anak tidak tau diri!!" seru mamanya. Ren hanya menatap wanita itu tanpa jawaban.
"Hei bocah!!" Kali ini Mir, kakak perempuannya ganti berteriak.
"Kalian pulang saja!" seru Ren. Tapi dengan sedikit nekad, Mir berhasil naik ke dalam kereta. Mamanya berteriak histeris memanggil Mir, tapi yang dipanggil hanya melengos. Ren masih terbengong - bengong melihat Mir yang sudah berdiri di depannya sambil terengah - engah.
"Mikir apa kau?!" geram Mir. "Aku khawatir setengah mati tau! Ayo turun!"
Ren hanya terdiam, Inuki di sebelahnya mulai menggeram pelan.
"Jangan bilang kau kabur hanya karena binatang itu!"
"Aku memang ingin pergi! Sudah dari dulu aku ingin keluar dari rumah!"
"Memangnya kau pikir cuman kau saja yang mau?!"
Kereta itu sudah melaju kencang sekarang. Meninggalkan mama Ren dan Mir yang hanya berdiri terpaku melihat kedua anaknya menaiki kereta yang hilang ditelan kabut. Bahkan mamanya tidak yakin kalau ada masinis yang mengendalikan kereta itu.
***
Lexy termangu melihat kereta hitam besar di hadapannya. Phoenix di sebelahnya sudah menghambur masuk sebelum sempat dihentikan. Lexy mau tak mau langsung menyusulnya. Di dalam, Mir dan Ren masih duduk berhadapan satu sama lain, tanpa bicara satu sama lain. Merasakan ada aura yang mengerikan di sana, Lexy memilih duduk di gerbong lain.
Tempat duduknya lebar dan empuk, mau tak mau Lexy langsung merebahkan tubuhnya yang memang butuh istirahat itu. Pikiran tentang kedua orang tuanya melayang hilang begitu saja, seolah dari awal mereka memang tidak ada hubungan dengannya.
Ribut - ribut di gerbong sebelah membuatnya membuka mata. Lagi - lagi Mir dan Ren bertengkar. Entah apa yang dibahasnya, tapi Lexy malas ikut campur. Sebelum berbalik masuk ke gerbongnya, Lexy melihat 2 sosok orang yang sangat dikenalinya. Mama dan papanya, bergandengan tangan, sibuk mencari dari satu gerbong ke gerbong lain. Lexy secara reflek merendahkan badannya sampai tidak terlihat.
Teriakan mamanya membuat Ren di gerbong sebelah mendatangi Lexy.
"Hei, mereka mencari mu tuh."
"Tau dari mana kalau aku yang dicari?" jawab Lexy cuek.
"Ya sudah kalau gak mau.." Ren langsung kembali ke gerbongnya.
Kereta mulai melaju, pelan, kemudian bertambah cepat. Dari jendela, Lexy bisa melihat mama nya sedang menangis, sementara papa nya berusaha menghibur. Entah sedang kesambet apa, Lexy langsung menjulurkan kepalanya.
"Ma! Pa! Aku pergi dulu!" Kedua orang tuanya hanya terpana. Papa nya kemudian melambaikan tangannya, diikuti oleh mama nya yang masih menangis tidak karuan. "Jangan khawatir! Aku pasti pulang! Mama dan Papa baik - baik ya!"
"Hati - hati, nak..!" seruan Papa nya kemudian hilang ditelan suara cerobong kereta yang makin keras..
***
"Freya! Mau ke mana kau ini?!"
"Bukan urusan mu kan Frey?! Sudah kau pulang saja!"
"Heh, pergi tanpa pamit, untung insting ku bagus, jadi bisa mengejarmu sampai sini! Sekarang ayo ikut pulang!"
"Gak mau!!!" Freya menarik tangannya. Dino kecil di sebelahnya hanya termangu bingung.
"Sudah, kalau dia tidak mau pulang, biarkan saja.." Lexy melongokkan kepalanya.
"Heh, jangan ikut campur ka - FREYA!!"
Yang dipanggil sudah ngacir masuk ke dalam gerbong kereta, sambil menahan gagang pintu. Frey terlihat geram, sambil memandang Freya yang tidak berani menatap balik mata kakak kembarnya itu.
Frey tanpa ambil pusing, masuk dari pintu gerbong belakang, dan berdiri di hadapan Freya.
"Kalau kau pergi, aku juga ikut."
"Jangan ikut - ikutan dong!" Freya yang duduk di samping Lexy langsung memegang lengan baju Lexy seolah minta dukungan. Frey tambah geram. Ia hanya bisa duduk di depan Freya sambil terus menatapnya, dan Lexy yang terbengong - bengong padahal ia tidak tau apa - apa.
Mir mengintip ke gerbong Lexy dkk, dan hanya geleng - geleng.
"Kau juga tadi berisik kan.." sindir Lexy, membuat Mir langsung menghampirinya dan menjitak kepalanya. "Aduh!"
"Apa sih dari tadi.." Ren kali ini muncul membawa Inuki yang mengekor di belakangnya.
"Terserah kau!" seru Freya menahan air mata. Mir tanpa babibu, menepuk kepala Freya, mencoba menenangkan. Frey dan Ren hanya berpandangan.
Beberapa menit kemudian, cerobong kembali berbunyi 'woooooonngggggg' keras. Siap meninggalkan stasiun terakhir..
0 comments:
Post a Comment