Tuesday, January 29, 2008

Point of No Return -- Week 1

Hanya butuh beberapa jam dari kota tempat kereta besar itu menjemput Freya dan Frey, untuk sampai di tempat tujuan. Muncul dari tengah kabut, kereta itu membuat ke lima bocah di dalam gerbong untuk melihat pemandangan yang asing sama sekali. Dibilang kota terpencil juga bukan, karena stasiun tempat kereta itu berhenti bisa dibilang mewah.

Yang aneh, stasiun itu sepi, tanpa ada orang sama sekali, dan satu - satunya kereta adalah yang mereka tumpangi. Dengan ragu - ragu Ren keluar dari gerbong. Di atas tampak papan bertuliskan :

"Welcome to Sunset Town"
"--Harrington Station--"

Frey menguntit Freya tepat di belakang, sementara Freya masih belum mau melepaskan pegangan tangannya pada lengan baju Lexy. Yang dipegangi hanya terlihat cuek, sambil sesekali melambaikan tangannya agar phoenix kecil di sebelahnya tidak ngeluyur ke mana - mana.

Kereta hitam itu tetap berada di rel stasiun. Mir yang penasaran, menuju gerbong depan dan panik sendiri karena tidak ada masinis yang mengendalikan kereta itu. Yang lain hanya mengangkat bahu, seolah - olah itu bukan hal yang aneh.

Karena di sana tidak ada apa - apa, mereka memutuskan untuk keluar dari stasiun, mencari tau di kota seperti apa mereka sekarang. Hal pertama yang dilakukan Freya adalah melepaskan lengan baju Lexy dan berlarian ke tengah pusat kota, di mana ada air mancur kecil. Sama sekali bukan kota yang luar biasa, sangat biasa malah, tapi ukurannya itu yang luar biasa besar. Dari pintu depan stasiun bisa dilihat seluruh kota dari ujung ke ujung.

Matahari senja menghiasi pemandangan kota yang terkesan putih, bersih, dan nyaman itu. Dengan sedikit nekad, Frey memimpin barisan itu menuju tempat yang dikiranya adalah penginapan. Di depan bangunan yang mirip gereja tua itu, terpampang tulisan "INN" yang diukir di atas kayu panjang.

"Permisi.." Frey mendekati meja yang mirip resepsionis. "Apa masih ada kamar?"

Yang duduk di meja itu tidak menoleh. Mir dan Freya sudah berdekatan satu sama lain, membayangkan hal - hal seram yang biasa mereka lihat di film horor. Tapi dengkuran keras membuat mereka lega. Dengan memberanikan diri, kali ini giliran Ren yang berbicara.

"Permisi..! Kami mau menyewa kamar..!"

Tapi usahanya percuma saja. Kakek - kakek yang tertidur di kursi itu sama sekali tidak terbangun, bergeming saja tidak. Karena kesal, Lexy langsung saja naik ke lantai atas penginapan itu. Di atas ternyata ada 10 kamar lebih. Tanpa bertanya lebih lanjut, langsung saja Lexy memasuki kamar yang walaupun kecil itu, terlihat sangat nyaman dengan tempat tidur berseprei biru.

Frey muncul di ujung tangga, dengan Ren di belakangnya, diikuti Mir dan Freya yang tidak mau dekat - dekat dengan saudara kembar nya itu.

"Memangnya boleh ya tanpa ijin begini?" gumam Frey.

"Kita sudah ijin kan? Kakek itu saja yang tidak bangun - bangun.. Lagian kita sudah naik kereta itu berjam - jam, aku capek.."

"Hmm.. ya sudah lah... sementara kita pinjam dulu kamar - kamar ini. Yang lain, OK?"

"Ngomong - ngomong, kita belum kenalan ya? Nama ku Ren." Yang langsung mengulurkan tangannya ke arah Frey.

"Oh, aku Frey. Yang lagi ngambek di sana itu Freya, saudara kembarku."

"Ini Mir, kakak tiriku, yang ini Inuki," Ren menunjuk serigala biru yang duduk manis di sebelah kakinya.

"Hei, yang tidur di sana..!"

"Lexy.." gumam bocah yang sudah menggelepar setengah tidur di atas tempat tidur itu.

"Dasar bocah.. OK, kita istirahat dulu deh, dah..!"

Dan keempat bocah lainnya memasuki kamar - kamar di sebelah kamar Lexy. Mencoba mengistirahatkan diri dari perjalanan panjang mereka.

0 comments: