Kelima bocah itu cuma bisa duduk terdiam sambil menatap nanar ke arah lantai yang mereka pijak. Tanpa perlu dijelaskan pun, mereka tau, ini adalah kamar Freya, kamar yang tadi mereka lihat di dalam snow globe Heather.
"Lagi..." gumam Lexy pasrah. "Sebenarnya apa yang terjadi sih..."
Yang lain cuma bisa duduk terdiam. Berbeda dengan Ren yang ketakutan di tempat asalnya, Freya tampak tenang - tenang saja. Malah ia seperti bernostalgia, melihat - lihat berbagai hiasan di atas mejanya, pakaian - pakaian di lemari nya, dan juga koleksi kaset game yang dulu sering dimainkan bersama Frey.
"Mum belum pulang ya?" tanya Frey, yang dijawab dengan gelengan kepala Freya.
"Kau tau lah.. Mum kan paling tidak betah di rumah. Jam segini sih, pasti lagi keluyuran entah ke mana dengan jaguarnya. Dad juga tidak mau tau lagi soal Mum. Terakhir kali aku di sini, sudah 2 minggu mereka tidak ngomong satu sama lain."
Frey menghela nafas sambil mengomel, "Masa aku lagi sih yang harus menengahi mereka.. Kan mereka sudah dewasa.. Hhhh..."
"Kalian ini sama sekali tidak khawatir ya.." sindir Lexy yang masih terduduk lemas. "Ren, ngomong sesuatu dong, dari Eve Corner diem mulu. Bosen tau!"
Ren cuma bisa memandang Lexy sinis. "Emangnya aku tukang ngelucu apa?" gerutunya, yang disambut kekehan Mir.
Beberapa saat kemudian, Freya mulai bercerita tentang orang tuanya yang lebih mementingkan Frey daripada dirinya. Frey pun tidak membantah, dan hanya bisa menepuk kepala adik kembarnya itu dengan penuh sayang. Pada dasarnya Freya memang anak yang pemberontak, bukan pemikir berkepala dingin seperti Frey, makanya ia pun hanya bisa menunjukkan sikap protesnya dengan cara ngambek, menolak semua keinginan orang tuanya.
Sedangkan Frey yang saat itu memilih melarikan diri dari kehidupan rumah, cuma bisa memberikan dukungan moral pada Freya secara diam - diam. Bahkan untuk menemui dan membawakan apa pun yang dibutuhkan Freya, Frey harus melakukannya di malam hari saat Freya sedang tidur.
Mir cuma bisa manggut - manggut mendengar cerita mereka. Ia tidak menyangka Freya yang selalu terlihat cengar cengir ternyata juga punya masalah sendiri. Lexy tampak tidak heran, karena masalah mereka hampir mirip. Reaksi tak diduga datang dari Ren, yang mengatakan bahwa ia bersyukur bahwa 'Ibu' nya tidak seperti itu.
"Sejelek apa pun kelakuan nya, tapi aku tetap masih bersyukur ada dia," gumam Ren. Untuk sekali ini, Lexy terlihat salut pada Ren.
"Aku sudah lama tidak pulang, aku mau liat - liat isi rumah ah. Ikut?" tawar Frey pada yang lain, dan berikutnya, mereka sudah mengadakan tur dalam rumah.
Rumah bagai istana itu punya ruangan yang banyak sekali, membuat Ren berkata untung dia tidak sendirian di sini, kalau tidak, mungkin dia bisa nyasar. Ruangan lain tidak kalah besar dengan kamar Freya, terutama kamar Frey, yang luasnya hampir 3 kali lipat besarnya.
Kelima bocah itu berhenti di taman belakang yang penuh dengan tanaman. Di ujung terdapat kolam renang dengan dudukan di pinggiran sekitarnya. Mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun. Hanya menatap nanar ke arah langit. Berharap sesuatu turun dari langit, dan menjemput mereka ke dunia di mana masih ada Inuki, Phoenix, Brownie, Guri, dan Rabi.
"..Guri lagi ngapain yaaa..." gumam Freya lemas. "..Tom.. Shiro... mereka di mana yaa..." lanjutnya.
"Mereka pasti baik - baik saja." jawab Lexy mantap. "..pasti.."
"Lagi..." gumam Lexy pasrah. "Sebenarnya apa yang terjadi sih..."
Yang lain cuma bisa duduk terdiam. Berbeda dengan Ren yang ketakutan di tempat asalnya, Freya tampak tenang - tenang saja. Malah ia seperti bernostalgia, melihat - lihat berbagai hiasan di atas mejanya, pakaian - pakaian di lemari nya, dan juga koleksi kaset game yang dulu sering dimainkan bersama Frey.
"Mum belum pulang ya?" tanya Frey, yang dijawab dengan gelengan kepala Freya.
"Kau tau lah.. Mum kan paling tidak betah di rumah. Jam segini sih, pasti lagi keluyuran entah ke mana dengan jaguarnya. Dad juga tidak mau tau lagi soal Mum. Terakhir kali aku di sini, sudah 2 minggu mereka tidak ngomong satu sama lain."
Frey menghela nafas sambil mengomel, "Masa aku lagi sih yang harus menengahi mereka.. Kan mereka sudah dewasa.. Hhhh..."
"Kalian ini sama sekali tidak khawatir ya.." sindir Lexy yang masih terduduk lemas. "Ren, ngomong sesuatu dong, dari Eve Corner diem mulu. Bosen tau!"
Ren cuma bisa memandang Lexy sinis. "Emangnya aku tukang ngelucu apa?" gerutunya, yang disambut kekehan Mir.
Beberapa saat kemudian, Freya mulai bercerita tentang orang tuanya yang lebih mementingkan Frey daripada dirinya. Frey pun tidak membantah, dan hanya bisa menepuk kepala adik kembarnya itu dengan penuh sayang. Pada dasarnya Freya memang anak yang pemberontak, bukan pemikir berkepala dingin seperti Frey, makanya ia pun hanya bisa menunjukkan sikap protesnya dengan cara ngambek, menolak semua keinginan orang tuanya.
Sedangkan Frey yang saat itu memilih melarikan diri dari kehidupan rumah, cuma bisa memberikan dukungan moral pada Freya secara diam - diam. Bahkan untuk menemui dan membawakan apa pun yang dibutuhkan Freya, Frey harus melakukannya di malam hari saat Freya sedang tidur.
Mir cuma bisa manggut - manggut mendengar cerita mereka. Ia tidak menyangka Freya yang selalu terlihat cengar cengir ternyata juga punya masalah sendiri. Lexy tampak tidak heran, karena masalah mereka hampir mirip. Reaksi tak diduga datang dari Ren, yang mengatakan bahwa ia bersyukur bahwa 'Ibu' nya tidak seperti itu.
"Sejelek apa pun kelakuan nya, tapi aku tetap masih bersyukur ada dia," gumam Ren. Untuk sekali ini, Lexy terlihat salut pada Ren.
"Aku sudah lama tidak pulang, aku mau liat - liat isi rumah ah. Ikut?" tawar Frey pada yang lain, dan berikutnya, mereka sudah mengadakan tur dalam rumah.
Rumah bagai istana itu punya ruangan yang banyak sekali, membuat Ren berkata untung dia tidak sendirian di sini, kalau tidak, mungkin dia bisa nyasar. Ruangan lain tidak kalah besar dengan kamar Freya, terutama kamar Frey, yang luasnya hampir 3 kali lipat besarnya.
Kelima bocah itu berhenti di taman belakang yang penuh dengan tanaman. Di ujung terdapat kolam renang dengan dudukan di pinggiran sekitarnya. Mereka tidak mengucapkan sepatah kata pun. Hanya menatap nanar ke arah langit. Berharap sesuatu turun dari langit, dan menjemput mereka ke dunia di mana masih ada Inuki, Phoenix, Brownie, Guri, dan Rabi.
"..Guri lagi ngapain yaaa..." gumam Freya lemas. "..Tom.. Shiro... mereka di mana yaa..." lanjutnya.
"Mereka pasti baik - baik saja." jawab Lexy mantap. "..pasti.."
0 comments:
Post a Comment