Pancaran cahaya dari tangan Ren, Frey, dan Lexy menghantam Asterisk tepat di bagian dada. Sayang, serangan yang sampai membuat Shiro, Tom, Freya dan Mir menutup mata itu sama sekali tidak memberikan perlawanan yang berarti.
Asterisk yang wajahnya kali ini meminjam muka Lexy tidak lagi berdiam diri. Ia membalas semua serangan yang ditujukan padanya, membuat setiap Partner harus melindungi majikan mereka masing - masing agar tidak terkena serangan si monster.
"Che.. Makin ganas aja dia.."
"Lex! Tetap fokus!" Frey memperingati Lexy yang tampak kehilangan konsentrasi.
"Cerewet..! Aku tau kok...!"
"Bukan saatnya bertengkar 'kan.." sela Ren dengan sedikit takut karena keduanya langsung melirik tajam.
"FREY!!"
Teriakan Freya membuat ketiganya serempak melontarkan serangan beruntung ke arah Asterisk yang juga mengeluarkan serangan ke arah mereka bertiga. Kilatan cahaya yang muncul akibat tabrakan kedua macam serangan tersebut mementalkan kedua belah kubu, baik para bocah dan si monster itu sendiri.
Ren merasakan lengannya ditarik dengan keras dan dipaksa berdiri dari posisinya yang terjungkal keras. Sambil meringis kesakitan, Ren mengikuti paksaan tenaga tersebut. Asap tebal menyelimuti Ren, dan sambil berteriak memanggil nama teman - temannya, Ren bergerak tanpa arah sampai sebuah suara menyadarkannya.
"REN, STOP!!"
Suara Lexy membuat Ren memutar badannya ke belakang, dan cahaya biru khas serangan Lexy melewati persis di sebelah kepalanya. Dalam sekejap, asap putih tersebut mulai menipis, dan Ren bisa melihat sosok Mir dan Freya yang berdiri dibalik punggung Lexy dan Frey.
Setelah bergabung dengan yang lain, Ren baru berani menoleh ke belakang, dan melihat sosok Asterisk, dengan bagian jantung yang tertembus serangan Lexy.
Lexy berusaha mengatur nafasnya, antara senang karena keberhasilannya dan ketakutan jika si monster tiba - tiba bangkit berdiri. Frey memijat bahu Lexy perlahan, agar ketegangannya sedikit berkurang, karena Lexy masih dengan tangannya yang berposisi siaga menyerang.
"Berhasil 'kah?" tanya Freya pelan. Mir hanya menggeleng tidak tau, sementara Ren masih saja menatap nanar ke arah sang monster.
Rabi memimpin Guri dan yang lain untuk mengecek. Phoenix dan Brownie melesat sambil membersihkan sisa - sisa asap, membuat sosok tersungkur sang monster tambah terlihat jelas. Sambil menatap Frey, Rabi menggeleng pelan, mengisyaratkan bahwa Asterisk sudah kehabisan nafas.
Keempat bocah yang lain langsung menghela nafas lega, kecuali Lexy yang masih saja mengerutkan dahinya. Belum sempat Mir bertanya kenapa Lexy masih saja ketakutan, Lexy menghambur cepat ke arah Asterisk sambil berteriak kencang.
"PHOENIX!!!!"
Tepat 1 langkah di depan tubuh lunglai sang monster, barrier menyelimuti kelima bocah tersebut, dan detik berikutnya, kegelapan menyelimuti kelimanya.
Asterisk yang wajahnya kali ini meminjam muka Lexy tidak lagi berdiam diri. Ia membalas semua serangan yang ditujukan padanya, membuat setiap Partner harus melindungi majikan mereka masing - masing agar tidak terkena serangan si monster.
"Che.. Makin ganas aja dia.."
"Lex! Tetap fokus!" Frey memperingati Lexy yang tampak kehilangan konsentrasi.
"Cerewet..! Aku tau kok...!"
"Bukan saatnya bertengkar 'kan.." sela Ren dengan sedikit takut karena keduanya langsung melirik tajam.
"FREY!!"
Teriakan Freya membuat ketiganya serempak melontarkan serangan beruntung ke arah Asterisk yang juga mengeluarkan serangan ke arah mereka bertiga. Kilatan cahaya yang muncul akibat tabrakan kedua macam serangan tersebut mementalkan kedua belah kubu, baik para bocah dan si monster itu sendiri.
Ren merasakan lengannya ditarik dengan keras dan dipaksa berdiri dari posisinya yang terjungkal keras. Sambil meringis kesakitan, Ren mengikuti paksaan tenaga tersebut. Asap tebal menyelimuti Ren, dan sambil berteriak memanggil nama teman - temannya, Ren bergerak tanpa arah sampai sebuah suara menyadarkannya.
"REN, STOP!!"
Suara Lexy membuat Ren memutar badannya ke belakang, dan cahaya biru khas serangan Lexy melewati persis di sebelah kepalanya. Dalam sekejap, asap putih tersebut mulai menipis, dan Ren bisa melihat sosok Mir dan Freya yang berdiri dibalik punggung Lexy dan Frey.
Setelah bergabung dengan yang lain, Ren baru berani menoleh ke belakang, dan melihat sosok Asterisk, dengan bagian jantung yang tertembus serangan Lexy.
Lexy berusaha mengatur nafasnya, antara senang karena keberhasilannya dan ketakutan jika si monster tiba - tiba bangkit berdiri. Frey memijat bahu Lexy perlahan, agar ketegangannya sedikit berkurang, karena Lexy masih dengan tangannya yang berposisi siaga menyerang.
"Berhasil 'kah?" tanya Freya pelan. Mir hanya menggeleng tidak tau, sementara Ren masih saja menatap nanar ke arah sang monster.
Rabi memimpin Guri dan yang lain untuk mengecek. Phoenix dan Brownie melesat sambil membersihkan sisa - sisa asap, membuat sosok tersungkur sang monster tambah terlihat jelas. Sambil menatap Frey, Rabi menggeleng pelan, mengisyaratkan bahwa Asterisk sudah kehabisan nafas.
Keempat bocah yang lain langsung menghela nafas lega, kecuali Lexy yang masih saja mengerutkan dahinya. Belum sempat Mir bertanya kenapa Lexy masih saja ketakutan, Lexy menghambur cepat ke arah Asterisk sambil berteriak kencang.
"PHOENIX!!!!"
Tepat 1 langkah di depan tubuh lunglai sang monster, barrier menyelimuti kelima bocah tersebut, dan detik berikutnya, kegelapan menyelimuti kelimanya.
0 comments:
Post a Comment