Yang pertama kali membuka mata adalah Ren. Setengah tidak percaya, ia cuma bisa terdiam sambil mulai berdiri perlahan. Kakinya berpijak pada rerumputan gersang dan kering yang terlihat tajam. Sebuah kolam kecil cuma dibiarkan kering saja di sebelah kanan rerumputan gersang itu. Kotak pos dengan tiang penyangga yang nyaris putus masih berada di tempat yang sama dengan yang diingat Ren. Rumah yang lumayan besar tapi terlihat bobrok dari luar juga masih berdiri dengan tegap di depan mata Ren. Suara derit pintu yang dibuka dari dalam mulai terdengar, dan kaki Ren secara reflek langsung mundur ke belakang.
"Tidak mungkin..." Suara Mir yang bergetar membuat Ren menoleh dengan cepat.
Lexy, Frey, dan Freya juga sudah berdiri di atas kaki mereka masing - masing. Mereka masih tidak sadar akan apa yang terjadi, dan di mana mereka sekarang. Satu hal yang membuat Lexy panik, dan kepanikannya menular ke yang lain kecuali Ren. Phoenix dan yang lain tidak tampak sama sekali.
Sementara yang lain sibuk mencari, Ren masih saja berdiri dalam diam sambil memandang pintu rumah yang terbuka sedikit, sambil sebentar - sebentar menoleh ke arah Mir yang mengikuti Freya mencari Guri dan Brownie.
Baru saja Freya mau mengomel pada Ren yang tidak mencari Inuki malah cuma berdiri diam, tapi ia mengurungkan niatnya setelah tiba - tiba Ren mundur terbirit - birit sampai jatuh terduduk. Matanya terpaku pada sosok yang keluar dari rumah di hadapan mereka.
"..ibu.." gumam Mir yang langsung mundur. Freya menahan bahu Mir sambil menepuknya perlahan, mencoba menenangkannya. Sementara Frey dan Lexy menghampiri Ren yang tidak sanggup berkata - kata.
Perempuan setengah baya dengan rambut acak - acakan sepinggang berjalan ke arah kelima bocah itu. Ren makin tegang, badannya memaksa agar ia mundur ke belakang dengan cepat. Tapi Lexy menahannya dari belakang, dan Frey berlutut di sampingnya.
Ia berhenti di hadapan Mir. Untuk sesaat, bahkan untuk bernafas pun Mir harus mengerahkan seluruh keberaniannya.
"..I-Ibu.. a-aku.. h-!" Kalimat Mir terhenti. Tangan ibunya terulur ke wajah Mir. Baru sedetik tangan dan pipi bersentuhan, Mir sudah bergidik tidak karuan. Freya menarik Mir ke belakang perlahan, tapi tangan si Ibu masih tetap pada posisinya, seolah Mir masih berdiri di sana.
Setelah beberapa saat, ia beralih ke Ren. Yang langsung berteriak histeris. Tapi si Ibu tidak terpengaruh. Hal ini membuat Ren makin tidak karuan paniknya. Tangannya mencengkeram bahu Frey kencang sekali.
"Jangan mendekat!! Pergi kau!!!!" jerit Ren putus asa. Ia menundukkan kepalanya dalam - dalam, tidak berani menatap sosok wanita di hadapannya.
"Maaf, tapi Ren tidak mau bertemu dengan Anda.." Frey menghadang. Tapi yang diajak bicara sama sekali tidak mengindahkan nya. Matanya sama sekali tidak menatap Frey, tapi langsung ke Ren.
"...Ren..." Suara rendah yang terdengar dibuat - buat membuat bulu kuduk Frey langsung merinding. ".. kenapa kau ini nakal sekali... kau membuat ku kecewa..." Tanpa sadar, langkah kaki Frey terdorong ke belakang. "...anak nakal harus dihukum.. ya 'kan Ren?"
Yang dipanggil, entah sadar atau tidak, cuma bisa mengangguk pelan. Lexy dengan segera menggoncang tubuh Ren agar dia sadar kembali, tapi percuma. Pandangan mata Ren sudah kosong.
Entah dari mana datangnya, tiba - tiba saja Frey sudah roboh gara - gara pukulan sebatang kayu oleh Ibu Ren dan Mir.
"Frey!!" Tanpa basa basi Freya langsung menghambur ke depan Frey, tepat saat kayu itu akan dipukulkan lagi ke arahnya.
Lexy dengan sigap menahan ujung kayu yang satunya lagi. Menghindarkan Freya dari memar akibat terkena pukulan, dan detik berikutnya Lexy berseru keras, "Lari!". Dengan sigap, Frey membawa Freya ke belakang Ren.
"Wah.. Ren... lagi - lagi kau melibatkan orang lain... lihat.. mereka jadi terluka 'kan..?" Dengan susah payah, Lexy menahan pegangannya. Aneh, walaupun wanita di hadapannya sudah tidak muda lagi, tapi tenaga nya luar biasa. Tidak sampai 2 menit, Lexy sudah terpental ke samping. Bongkahan kayu itu sudah siap menghajar Ren. Tapi tidak demikian yang terjadi.
Mir memeluk Ren erat - erat.
"Minggir Mir.. Kau tidak mau terluka 'kan? Kau anak baik, makanya tidak perlu dihukum.. beda dengan Ren... dia ini nakal sekali.." Tapi Mir sama sekali tidak bergeming. Begitu pula dengan yang dipeluknya.
"..hentikan Ibu... kasihan Ren.." Suara Mir bergetar.
"Oh.. kau pun sekarang jadi nakal ya.. Pasti gara - gara dia kan..? Yah.. apa boleh buat.. lebih baik kalian dihukum bersamaan..."
"Tidak mungkin..." Suara Mir yang bergetar membuat Ren menoleh dengan cepat.
Lexy, Frey, dan Freya juga sudah berdiri di atas kaki mereka masing - masing. Mereka masih tidak sadar akan apa yang terjadi, dan di mana mereka sekarang. Satu hal yang membuat Lexy panik, dan kepanikannya menular ke yang lain kecuali Ren. Phoenix dan yang lain tidak tampak sama sekali.
Sementara yang lain sibuk mencari, Ren masih saja berdiri dalam diam sambil memandang pintu rumah yang terbuka sedikit, sambil sebentar - sebentar menoleh ke arah Mir yang mengikuti Freya mencari Guri dan Brownie.
Baru saja Freya mau mengomel pada Ren yang tidak mencari Inuki malah cuma berdiri diam, tapi ia mengurungkan niatnya setelah tiba - tiba Ren mundur terbirit - birit sampai jatuh terduduk. Matanya terpaku pada sosok yang keluar dari rumah di hadapan mereka.
"..ibu.." gumam Mir yang langsung mundur. Freya menahan bahu Mir sambil menepuknya perlahan, mencoba menenangkannya. Sementara Frey dan Lexy menghampiri Ren yang tidak sanggup berkata - kata.
Perempuan setengah baya dengan rambut acak - acakan sepinggang berjalan ke arah kelima bocah itu. Ren makin tegang, badannya memaksa agar ia mundur ke belakang dengan cepat. Tapi Lexy menahannya dari belakang, dan Frey berlutut di sampingnya.
Ia berhenti di hadapan Mir. Untuk sesaat, bahkan untuk bernafas pun Mir harus mengerahkan seluruh keberaniannya.
"..I-Ibu.. a-aku.. h-!" Kalimat Mir terhenti. Tangan ibunya terulur ke wajah Mir. Baru sedetik tangan dan pipi bersentuhan, Mir sudah bergidik tidak karuan. Freya menarik Mir ke belakang perlahan, tapi tangan si Ibu masih tetap pada posisinya, seolah Mir masih berdiri di sana.
Setelah beberapa saat, ia beralih ke Ren. Yang langsung berteriak histeris. Tapi si Ibu tidak terpengaruh. Hal ini membuat Ren makin tidak karuan paniknya. Tangannya mencengkeram bahu Frey kencang sekali.
"Jangan mendekat!! Pergi kau!!!!" jerit Ren putus asa. Ia menundukkan kepalanya dalam - dalam, tidak berani menatap sosok wanita di hadapannya.
"Maaf, tapi Ren tidak mau bertemu dengan Anda.." Frey menghadang. Tapi yang diajak bicara sama sekali tidak mengindahkan nya. Matanya sama sekali tidak menatap Frey, tapi langsung ke Ren.
"...Ren..." Suara rendah yang terdengar dibuat - buat membuat bulu kuduk Frey langsung merinding. ".. kenapa kau ini nakal sekali... kau membuat ku kecewa..." Tanpa sadar, langkah kaki Frey terdorong ke belakang. "...anak nakal harus dihukum.. ya 'kan Ren?"
Yang dipanggil, entah sadar atau tidak, cuma bisa mengangguk pelan. Lexy dengan segera menggoncang tubuh Ren agar dia sadar kembali, tapi percuma. Pandangan mata Ren sudah kosong.
Entah dari mana datangnya, tiba - tiba saja Frey sudah roboh gara - gara pukulan sebatang kayu oleh Ibu Ren dan Mir.
"Frey!!" Tanpa basa basi Freya langsung menghambur ke depan Frey, tepat saat kayu itu akan dipukulkan lagi ke arahnya.
Lexy dengan sigap menahan ujung kayu yang satunya lagi. Menghindarkan Freya dari memar akibat terkena pukulan, dan detik berikutnya Lexy berseru keras, "Lari!". Dengan sigap, Frey membawa Freya ke belakang Ren.
"Wah.. Ren... lagi - lagi kau melibatkan orang lain... lihat.. mereka jadi terluka 'kan..?" Dengan susah payah, Lexy menahan pegangannya. Aneh, walaupun wanita di hadapannya sudah tidak muda lagi, tapi tenaga nya luar biasa. Tidak sampai 2 menit, Lexy sudah terpental ke samping. Bongkahan kayu itu sudah siap menghajar Ren. Tapi tidak demikian yang terjadi.
Mir memeluk Ren erat - erat.
"Minggir Mir.. Kau tidak mau terluka 'kan? Kau anak baik, makanya tidak perlu dihukum.. beda dengan Ren... dia ini nakal sekali.." Tapi Mir sama sekali tidak bergeming. Begitu pula dengan yang dipeluknya.
"..hentikan Ibu... kasihan Ren.." Suara Mir bergetar.
"Oh.. kau pun sekarang jadi nakal ya.. Pasti gara - gara dia kan..? Yah.. apa boleh buat.. lebih baik kalian dihukum bersamaan..."