Shiro berdiri di sebelah kereta hitam yang biasa mereka naiki. Seolah tidak menyadari Tom dan yang lain yang baru saja memasuki ruangan, Shiro tetap menatap nanar ke arah gerbong masinis. Pandangan matanya kosong.
Frey menghampiri Shiro dan mengguncang tubuhnya, tapi tidak ada reaksi. Bahkan tubuhnya kaku seperti menempel ke lantai tempat kakinya berpijak. Freya memanggilnya berulang kali, dan tetap tidak ada balasan.
"Lakukan sesuatu..!" pinta Mir pada Tom yang hanya diam berdiri dari tadi.
Belum sempat Tom menjawab, lantai tempat Frey dan Freya berpijak mulai bergoncang, membuat keduanya menjauh dari tempat Shiro dan kereta hitam itu berada. Lagi - lagi Shadow setinggi 5 kaki berdiri menjulang dari balik bongkahan lantai yang mencuat ke atas.
Lexy sudah siap siaga lagi dengan lengannya terarah ke depan. Inuki dan yang lain langsung mengambil barisan di depan Lexy. Kali ini, Rabi pun mengeluarkan pedangnya dan menantang Shadow di depannya itu.
"Kayaknya Shadow ini harus dikalahkan dulu baru Shiro bisa sadar," gumam Mir.
"Kalian bersiaplah.." ujar Tom dengan suara rendah yang mengerikan. "Ini tidak main - main. Nyawa kalian taruhannya."
Ren menatap Tom meminta penjelasan.
"..setauku.. dari auranya.. ini adalah Shadow yang paling kuat. Nightmare namanya. Bahkan Lights pun bisa diubahnya menjadi Shadow jika kekuatan mereka jauh di bawahnya. Apa kalian siap?"
Lexy memecahkan keheningan sesaat itu. "Kalau dia dikalahkan, Shiro bisa kembali normal 'kan?"
Anggukan kepala Tom membuat Lexy mengeluarkan senyum simpul puas.
"Oke. Kalau gitu jangan tanggung - tanggung."
"Bertarung yang bener ya!" gumam Freya dari belakang, membuat Lexy berdecak kesal. "Lagian kereta kita juga ditawan tuh. Jangan sampe kita pulang ntar harus jalan kaki!"
Lexy membuat tanda 'OK' dengan mengacungkan jempolnya.
Detik berikutnya, mereka semua maju bersamaan. Menyerbu Nightmare.