Sunday, May 18, 2008

My Gift to You -- Sign


Shiro berdiri di sebelah kereta hitam yang biasa mereka naiki. Seolah tidak menyadari Tom dan yang lain yang baru saja memasuki ruangan, Shiro tetap menatap nanar ke arah gerbong masinis. Pandangan matanya kosong.

Frey menghampiri Shiro dan mengguncang tubuhnya, tapi tidak ada reaksi. Bahkan tubuhnya kaku seperti menempel ke lantai tempat kakinya berpijak. Freya memanggilnya berulang kali, dan tetap tidak ada balasan.

"Lakukan sesuatu..!" pinta Mir pada Tom yang hanya diam berdiri dari tadi.

Belum sempat Tom menjawab, lantai tempat Frey dan Freya berpijak mulai bergoncang, membuat keduanya menjauh dari tempat Shiro dan kereta hitam itu berada. Lagi - lagi Shadow setinggi 5 kaki berdiri menjulang dari balik bongkahan lantai yang mencuat ke atas.

Lexy sudah siap siaga lagi dengan lengannya terarah ke depan. Inuki dan yang lain langsung mengambil barisan di depan Lexy. Kali ini, Rabi pun mengeluarkan pedangnya dan menantang Shadow di depannya itu.

"Kayaknya Shadow ini harus dikalahkan dulu baru Shiro bisa sadar," gumam Mir.

"Kalian bersiaplah.." ujar Tom dengan suara rendah yang mengerikan. "Ini tidak main - main. Nyawa kalian taruhannya."

Ren menatap Tom meminta penjelasan.

"..setauku.. dari auranya.. ini adalah Shadow yang paling kuat. Nightmare namanya. Bahkan Lights pun bisa diubahnya menjadi Shadow jika kekuatan mereka jauh di bawahnya. Apa kalian siap?"

Lexy memecahkan keheningan sesaat itu. "Kalau dia dikalahkan, Shiro bisa kembali normal 'kan?"

Anggukan kepala Tom membuat Lexy mengeluarkan senyum simpul puas. 

"Oke. Kalau gitu jangan tanggung - tanggung."

"Bertarung yang bener ya!" gumam Freya dari belakang, membuat Lexy berdecak kesal. "Lagian kereta kita juga ditawan tuh. Jangan sampe kita pulang ntar harus jalan kaki!"

Lexy membuat tanda 'OK' dengan mengacungkan jempolnya. 

Detik berikutnya, mereka semua maju bersamaan. Menyerbu Nightmare.

Thursday, May 15, 2008

My Gift to You -- Door

"Maaf ya, membuat kalian susah tadi. Aku tidak bisa bergerak dari sini soalnya," ujar Tom sambil menggaruk - garuk pipinya.

"Apa yang terjadi? Mana Shiro?"

"...mereka membawanya.." jawab Tom yang menundukkan kepalanya sekarang. "Aku tidak cukup kuat untuk menahan mereka semua, aku cuma bisa lari.. heh! Aku tidak ada beda nya dengan dia waktu itu.."

"Kemana dia dibawa? Ke atas sana? Yosh, ayo jalan," gumam Lexy tanpa mempedulikan yang lain. Phoenix tentu saja langsung mengekor di belakangnya. Ren dan Mir ikut di belakang mereka, diikuti Frey.

"Ayo, ayo!" Freya mendorong Tom dari belakang. Anehnya, biarpun Shiro tidak bisa menyentuh Tom, tapi Freya bisa menyentuh punggungnya, bahkan mendorongnya maju.

Sepanjang menelusuri lorong lantai 2, Tom akhirnya bercerita apa yang terjadi. Tom memang ingin membawa mereka ke mansion ini. Mansion of the Beginning. Menurut cerita, jika tersesat, kita tinggal mencari mansion ini, dan kita akan dibawa kembali ke permulaan, sebelum tersesat.

"..tapi ternyata para Lights sudah lebih dulu menempati mansion ini. Mereka ingin mengambil Shiro kembali. Maklum, dia sudah jadi orang penting di Klaudy, kalau dia menghilang tanpa jejak, susah mencari penggantinya. Terlebih lagi Shiro kan aslinya orang luar. Para Lights itu tidak mau rahasia mereka dibeberkan ke luar."

Yang menanti di ujung lorong lantai 2 adalah tangga menuju ke atas. Tanpa menunggu lebih lama, mereka semua menuju ke lantai 3. Tom melanjutkan ceritanya.

Ada saat di mana Shadow seperti Tom jadi terkekang seperti tadi. Itu gara - gara banyaknya Lights yang berkeliaran. Shadow besar dan Shiro palsu yang tadi, semuanya adalah manipulasi Lights. Mereka bisa membuat Shadow, lebih tepatnya, mereka bisa mengubah Lights yang lain menjadi Shadow, yang bahkan lebih kuat dari Shadow aslinya.

"Untung Rabi tau kalau Shiro yang itu palsu, kalau tidak, bakal susah menangani Shadow Monster yang tadi."

"Err.. Rabi sebenarnya tidak tau kok.." gumam Frey pelan, tapi langkah Tom langsung terhenti karena shock. "Ermm, begini lo, soalnya kami juga merasa itu bukan Shiro yang asli, makanya.."

"Ya, ya, ya, aku mengerti kok. Insting kalian hebat juga ternyata. Aku salut." Tom memukul - mukul punggung Frey dari belakang. Dengan sedikit keras. Membuat Frey meringis takut.

Di depan mereka, pintu besar menjulang tinggi. Suara cerobong kereta hitam mereka terdengar dari balik pintu itu. Tom bergidik pelan. Seolah bisa melihat apa yang ada di balik pintu itu, raut wajahnya jadi berubah.

"Jangan bilang Shiro di dalam sana..." gumam Mir yang seolah bisa membaca raut wajah Tom. Anggukan kepala Tom membuat mereka semua menghela nafas. Antara lega, dan takut melihat apa yang ada di balik sana.

Tuesday, May 13, 2008

My Gift to You -- Mansion


Sosok Shiro muncul di ujung tangga yang menuju ke ruang tamu itu. Sesaat kelima bocah itu tampak lega karena mereka menemukan Shiro yang dikira hilang. Aura aneh muncul dari 'Shiro' yang ada di depan mereka.

Bulu kuduk Freya berdiri. Kakinya mundur perlahan, seolah menghindari Shiro yang mulai turun ke arah mereka. Freya berhenti saat ia menabrak Frey di belakangnya. Seolah menenangkan, Frey memegang bahu Freya dengan erat. Lexy di sebelahnya maju menggantikan Freya di depan. Ren pun mendorong Mir ke arah Frey, dan menyebelahi Lexy. Kelima partner mereka sudah siap sedia di barisan paling depan. 

"..Selamat datang..."

Detik berikutnya, Shadow setinggi 5 kaki menjulang tinggi di depan mereka. Inuki menggeram pelan.

"Sudah lama ya.." Lexy melemaskan tulang - tulang tangannya, menimbulkan suara 'kretek-kretek' pelan. "Ayo..." gumam Lexy sambil memajukan tangan kanannya. "..maju!!"

Sinar dari telapak tangan Lexy menatap kepala Shadow di depannya dengan telak. Inuki maju mengikuti di belakangnya, mengcengkeram begian tangan Shadow yang bisa diraihnya. Phoenix dan Brownie terbang di atas Shadow itu, menaburkan serbuk - serbuk yang seharusnya bisa mengikis Shadow perlahan, tapi sepertinya tidak berpengaruh untuk Shadow yang ini.

Rabi tidak tampak berpartisipasi menyerang Shadow di depannya. Ia berusaha mencari celah untuk bisa sampai ke belakang si Shadow, ke tempat Shiro berdiri. Guri menyerang bagian samping Shadow, membuat sebuah celah agar Rabi bisa masuk. Kesempatan ini tidak disia - siakan begitu saja.

Detik berikutnya, Rabi sudah berhadapan dengan Shiro. Tanpa basa basi, Rabi mengayunkan pedangnya tepat ke kepala Shiro. Pelindung 'kekkai' tampak menyelubungi Shiro, mementalkan Rabi dan pedangnya ke belakang.

"... selamat datang..."

'BERISIK!!' Rabi kembali mengayunkan pedangnya. Kali ini, dengan kekuatan penuh, pedang kecil Rabi bertahan di atas kepala Shiro. Terdengar suara retak, dan detik berikutnya, Shiro sudah hilang, diikuti Shadow di belakang Rabi.

Lexy berusaha mengatur nafasnya yang naik turun. Tenaganya terkuras habis, berusaha menjauhkan Shadow yang tadi dari Freya dan Mir.

"Sudah selesai?" tanya Lexy penuh harap.

"Apa kita harus naik ke situ?" Ren menunjuk ke tangga menuju lantai atas.

'Mau tidak mau..' Rabi memimpin mereka menaiki tangga spiral itu.

"Yo!" Suara yang tidak asing itu membuat mereka semua menoleh. Tom tampak menyambut mereka di lantai 2.

Wednesday, May 7, 2008

My Gift to You -- Illusion


Tak sampai 5 menit kemudian, sekeliling mereka berubah drastis. Stasiun kereta mulai ambles ke tanah tanpa meninggalkan jejak. Rumah yang begitu ditakuti oleh Ren, satu persatu bagian penyusun nya terangkat ke langit. Meninggalkan hanya padang rumput luas di depan mata mereka.

"Aku hanya melihat padang rumput dari tadi," gumam Shiro yang hanya diam sejak awal.

"Ini namanya padang ilusi. Plain of Illusion. Pikiran mu pasti aneh - aneh," Tom mendekati Ren lalu menggeplak kepalanya pelan. "Dunia ini bukan tempat tinggal mu dulu. Jadi tidak mungkin semua hal yang kau takuti di dunia mu dulu akan muncul di sini secara nyata. Mengerti?"

Ren mengangguk. Raut wajahnya masih ketakutan setengah mati. Seolah ia baru saja melihat hal yang paling tidak ingin dilihatnya lagi seumur hidupnya. Mir hanya bisa memandang Ren miris. Ia tidak menyangka bahwa Ibu nya bisa sebegitu menakutkan di hadapan Ren.

"Jadi, apa ini tempat yang benar?" tanya Frey.

Tom hanya mengangkat alisnya.

"Sini semuanya." Tom berjalan ke tengah, di mana kabut mulai turun dan makin tebal. "Jangan pikirkan hal buruk, ok? Pikirkan saja teman - teman kalian yang ada di sini. Kalau itu susah, ingat - ingat saja kejadian sejak kalian berada di sini. Bisa?"

Kelima bocah yang lain mengangguk. Shiro hanya mengangkat bahu.

"Partner kalian akan mengikuti jalan pikiran kalian, jadi kalian tidak akan terpisah. Nah, siap - siap ya. Hitungan ke 3, pusatkan pikiran masing - masing. Siap? 1.. 2.. 3!"



Kabut di sekitar mereka mulai berputar, mengelilingi mereka semua. Gumpalan asap yang makin tebal itu mulai membumbung tinggi ke atas. Sosok Tom, Shiro, Ren, dan yang lain, tidak lagi terlihat berdiri di atas padang ilusi itu.

Kereta hitam yang tadi masih menjulang juga perlahan menghilang. Mulai dari gerbong masinis, sampai ke gerbong penumpang paling belakang. Suara cerobong kereta seolah mengiringi lenyapnya kereta hitam itu.

Plain of Illusion, seperti namanya, perlahan ikut menghilang. Rerumputan mulai masuk kembali ke dalam tanah, digantikan ilalang yang sama seperti yang dilewati jalur kereta api. Seolah tidak ada dari awal..



"Selamat datang.."

Suara berat membuat Lexy membuka matanya. Posisi mereka masih sama saat mereka memejamkan mata dan berkonsentrasi tadi. Phoenix dan yang lain mulai membangunkan tuan mereka masing - masing. Semua nya dalam keadaan utuh. Kecuali Tom dan Shiro. Tidak ada sama sekali jejak keberadaan mereka.

"Di mana ini..?" Freya terbengong - bengong. Mereka berdiri di ruang tamu sebuah rumah, atau lebih tepatnya mansion. Penerangan yang remang - remang membuat bulu kuduk nya berdiri.

Suara berat yang tadi kembali muncul.

"..selamat datang.."