"Kenapa Ren? Mir?"
Keduanya terhenti tepat di depan pintu gerbong saat melihat rumah di depan mata mereka. Ren kembali masuk ke dalam gerbong.
"Kalian masuk saja, istirahat dan lain - lain. Aku di sini nggak pa - pa kok.."
"Tapi Re-"
"Masuk sana!"
Ren membentak Mir yang berusaha mengajaknya masuk. Baru kali ini mereka melihat raut wajah Ren yang begitu tidak nyaman, begitu ketakutan. Pertama kali nya pula, Ren membentak Mir yang selalu di jaganya. Inuki pun hanya duduk diam di dekatnya, seolah tau pikiran tuannya itu.
Lexy memberi isyarat agar mereka meninggalkan Ren sendiri. "Biarkan dia berpikir dengan jernih," katanya.
Sampai di depan pintu, Mir akhirnya buka mulut. Rumah itu adalah rumah mereka. Rumah yang begitu dibenci Ren. Rumah yang ingin sekali ditinggalkannya. Dengan sedikit ragu - ragu, Mir membuka pintu rumahnya.
Debu dan asap menyambut mereka. Seolah - olah rumah itu sudah ditinggalkan selama bertahun - tahun. Tapi kemudian Mir berpikir, ini bukan dunia mereka, jadi seharusnya tidak mungkin Ibu nya ada di sini. Mir baru akan memanggil Ren agar masuk, saat terdengar teriakan dari arah gerbong kereta. Teriakan Ren.
"..pergi.. jangan dekati aku..!!!" Ren menelungkupkan kepalanya dan menutupi nya dengan kedua tangan.
"Ibu..." Mir yang berlari sampai ke dalam gerbong cuma bisa terdiam. Sosok ibu nya masih sama seperti dulu. Ia berusaha meraih Ren, yang menolak mati - matian bahkan untuk disentuh ujung rambutnya sekali pun. Lexy dan yang lain hanya bisa melihat dari luar. Mereka begitu shock melihat keadaan Ren yang sangat labil.
"Oi!" Tom seolah menyadarkan mereka semua. Bayangan 'Ibu' di depan Ren dan Mir hilang begitu saja. Ren mengangkat wajahnya yang dipenuhi air mata. "Ren. Kau baik - baik saja?" Tom mengguncang tubuh Ren perlahan. Dengan anggukan pelan, Ren akhirnya mau ikut dibawa masuk ke dalam rumah.
Ren dibaringkan di sofa ruang tamu, tempat di mana pertama kali ia terbangun. "Aku melihat Ibu.." gumamnya sesaat sebelum akhirnya tertidur. Mir hanya mengiyakan.
"Tom... kenapa rumah kami bisa ada di sini?"
"Kalian melihatnya seperti itu ya?"
Keduanya terhenti tepat di depan pintu gerbong saat melihat rumah di depan mata mereka. Ren kembali masuk ke dalam gerbong.
"Kalian masuk saja, istirahat dan lain - lain. Aku di sini nggak pa - pa kok.."
"Tapi Re-"
"Masuk sana!"
Ren membentak Mir yang berusaha mengajaknya masuk. Baru kali ini mereka melihat raut wajah Ren yang begitu tidak nyaman, begitu ketakutan. Pertama kali nya pula, Ren membentak Mir yang selalu di jaganya. Inuki pun hanya duduk diam di dekatnya, seolah tau pikiran tuannya itu.
Lexy memberi isyarat agar mereka meninggalkan Ren sendiri. "Biarkan dia berpikir dengan jernih," katanya.
Sampai di depan pintu, Mir akhirnya buka mulut. Rumah itu adalah rumah mereka. Rumah yang begitu dibenci Ren. Rumah yang ingin sekali ditinggalkannya. Dengan sedikit ragu - ragu, Mir membuka pintu rumahnya.
Debu dan asap menyambut mereka. Seolah - olah rumah itu sudah ditinggalkan selama bertahun - tahun. Tapi kemudian Mir berpikir, ini bukan dunia mereka, jadi seharusnya tidak mungkin Ibu nya ada di sini. Mir baru akan memanggil Ren agar masuk, saat terdengar teriakan dari arah gerbong kereta. Teriakan Ren.
"..pergi.. jangan dekati aku..!!!" Ren menelungkupkan kepalanya dan menutupi nya dengan kedua tangan.
"Ibu..." Mir yang berlari sampai ke dalam gerbong cuma bisa terdiam. Sosok ibu nya masih sama seperti dulu. Ia berusaha meraih Ren, yang menolak mati - matian bahkan untuk disentuh ujung rambutnya sekali pun. Lexy dan yang lain hanya bisa melihat dari luar. Mereka begitu shock melihat keadaan Ren yang sangat labil.
"Oi!" Tom seolah menyadarkan mereka semua. Bayangan 'Ibu' di depan Ren dan Mir hilang begitu saja. Ren mengangkat wajahnya yang dipenuhi air mata. "Ren. Kau baik - baik saja?" Tom mengguncang tubuh Ren perlahan. Dengan anggukan pelan, Ren akhirnya mau ikut dibawa masuk ke dalam rumah.
Ren dibaringkan di sofa ruang tamu, tempat di mana pertama kali ia terbangun. "Aku melihat Ibu.." gumamnya sesaat sebelum akhirnya tertidur. Mir hanya mengiyakan.
"Tom... kenapa rumah kami bisa ada di sini?"
"Kalian melihatnya seperti itu ya?"
0 comments:
Post a Comment