Ruangan Mansion itu kini menjadi semacam tempat reuni. Inuki, Guri, Phoenix, Rabi dan Brownie, kelimanya tiba - tiba saja muncul dari segala penjuru ruangan, dan langsung menyebelahi majikan mereka masing - masing. Kelima pasang majikan dan Partner tersebut tidak butuh waktu lama untuk melampiaskan rasa kangen yang mereka pendam sampai saat ini, terutama setelah insiden yang baru saja mereka lewati.
Mir menyerahkan sepasang buku, yang tadi diberikan oleh 'Shiro', kepada Shiro yang hanya tersenyum simpul.
"Maaf ya, mengagetkan kalian seperti itu. Tapi kalau Nightmare tidak hilang, maka aku tidak bisa ada di sini bersama kalian. Tom dan Eternia juga begitu. Ya 'kan?"
Tom cuma mengangkat alisnya, dan Frey langsung menepuk - nepuk punggungnya.
"Ada apa dengan buku itu?" tanya Freya penasaran.
"Ini, adalah monster terakhir," ujar Shiro, membuat kelima bocah itu cuma bisa kebingungan. "Monster pertama, Nightmare, diambil dari jiwaku, yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah kudapat. Monster kedua, Eternia, diambil dari jiwa Tom, yang selalu ingin memperbaiki masa lalunya."
"Kemudian monster ketiga, yang terakhir, adalah Asterisk," Tom membuka kedua buku tersebut di bagian tengah, dan menyatukan keduanya. Sosok yang mirip Lights tampak di sana.
"Hm? Bukannya itu.." Sebelum Lexy sempat menyelesaikan kalimatnya, Tom dan Shiro sudah mengangguk.
"Monster ketiga, diambil dari jiwa pimpinan Lights, dan jiwa semua Lights yang ada," ujar Tom sambil menutup kedua buku tersebut.
"Jadi jika monster terakhir ini kita 'kalahkan' maka..?" Ren ragu menyelesaikan kalimatnya.
"Tugas kalian selesai."
"Hee? Kalau begitu, sudah tidak bisa bertemu Guri lagi...? Padahal kami baru saja bertemu.." Freya langsung kecewa.
"Memangnya, kapan Asterisk itu akan muncul? Tidak dalam waktu dekat ini kan?" tanya Mir.
Dengan perlahan, Shiro membuka kedua buku tersebut, dan pada bagian belakang, ia menyodorkannya kepada kelima bocah itu.
"'now'?" baca Frey. "Sekarang?"
"Ah ngaco it-!"
Belum selesai Lexy berkata - kata, bangunan Mansion itu perlahan memudar, mulai dari langit - langit yang paling atas.
"..apa kita harus bertempur sekali lagi?" tanya Mir.
"Melawan Eternia saja kita kepayahan.. apa ada harapan kita bisa menang kali ini?" ucap Ren pesimis.
Shiro cuma tersenyum kecil.
"Walaupun kalah dengan Eternia, tapi kalian berhasil mengalahkan Nightmare 'kan?"
"Itu sih cuman Frey dan Lex, 'kan?" gumam Freya sambil menuding keduanya.
"Susah sih ya, kita kan orang - orang heba- ADUH!!" Lexy tidak sempat menghindari geplakan tanan Freya yang memukul kepalanya dengan keras.
Bersamaan dengan itu, Mansion of Beginning sudah tidak lagi meninggalkan bekasnya. Hamparan laut biru dengan matahari terbenam membuat mereka takjub dan melongo untuk beberapa saat.
"Jangan lengah ya.." ucap Shiro pelan. "Kalau lengah sedikit saja.. leher kalian bisa putus loo.."
Secara bersamaan, kelima bocah itu merasakan bulu kuduk mereka yang mulai berdiri merinding.
Mir menyerahkan sepasang buku, yang tadi diberikan oleh 'Shiro', kepada Shiro yang hanya tersenyum simpul.
"Maaf ya, mengagetkan kalian seperti itu. Tapi kalau Nightmare tidak hilang, maka aku tidak bisa ada di sini bersama kalian. Tom dan Eternia juga begitu. Ya 'kan?"
Tom cuma mengangkat alisnya, dan Frey langsung menepuk - nepuk punggungnya.
"Ada apa dengan buku itu?" tanya Freya penasaran.
"Ini, adalah monster terakhir," ujar Shiro, membuat kelima bocah itu cuma bisa kebingungan. "Monster pertama, Nightmare, diambil dari jiwaku, yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah kudapat. Monster kedua, Eternia, diambil dari jiwa Tom, yang selalu ingin memperbaiki masa lalunya."
"Kemudian monster ketiga, yang terakhir, adalah Asterisk," Tom membuka kedua buku tersebut di bagian tengah, dan menyatukan keduanya. Sosok yang mirip Lights tampak di sana.
"Hm? Bukannya itu.." Sebelum Lexy sempat menyelesaikan kalimatnya, Tom dan Shiro sudah mengangguk.
"Monster ketiga, diambil dari jiwa pimpinan Lights, dan jiwa semua Lights yang ada," ujar Tom sambil menutup kedua buku tersebut.
"Jadi jika monster terakhir ini kita 'kalahkan' maka..?" Ren ragu menyelesaikan kalimatnya.
"Tugas kalian selesai."
"Hee? Kalau begitu, sudah tidak bisa bertemu Guri lagi...? Padahal kami baru saja bertemu.." Freya langsung kecewa.
"Memangnya, kapan Asterisk itu akan muncul? Tidak dalam waktu dekat ini kan?" tanya Mir.
Dengan perlahan, Shiro membuka kedua buku tersebut, dan pada bagian belakang, ia menyodorkannya kepada kelima bocah itu.
"'now'?" baca Frey. "Sekarang?"
"Ah ngaco it-!"
Belum selesai Lexy berkata - kata, bangunan Mansion itu perlahan memudar, mulai dari langit - langit yang paling atas.
"..apa kita harus bertempur sekali lagi?" tanya Mir.
"Melawan Eternia saja kita kepayahan.. apa ada harapan kita bisa menang kali ini?" ucap Ren pesimis.
Shiro cuma tersenyum kecil.
"Walaupun kalah dengan Eternia, tapi kalian berhasil mengalahkan Nightmare 'kan?"
"Itu sih cuman Frey dan Lex, 'kan?" gumam Freya sambil menuding keduanya.
"Susah sih ya, kita kan orang - orang heba- ADUH!!" Lexy tidak sempat menghindari geplakan tanan Freya yang memukul kepalanya dengan keras.
Bersamaan dengan itu, Mansion of Beginning sudah tidak lagi meninggalkan bekasnya. Hamparan laut biru dengan matahari terbenam membuat mereka takjub dan melongo untuk beberapa saat.
"Jangan lengah ya.." ucap Shiro pelan. "Kalau lengah sedikit saja.. leher kalian bisa putus loo.."
Secara bersamaan, kelima bocah itu merasakan bulu kuduk mereka yang mulai berdiri merinding.