Sunday, April 19, 2009

Now or Never -- For the Sake of Our Life

Tanpa disuruh, kelima Partner yang dari tadi masih menyebelahi tuannya masing - masing kini sudah menghambur ganas ke arah sebuah sosok yang tidak terlihat jelas. Tidak seperti wujudnya yang terlihat kebal terhadap serangan apapun, seseorang atau sesuatu yang ada di hadapan kelima bocah itu terhuyung pelan saat kelima Partner menyeruduknya tanpa ampun.

Lexy bersiul pelan seolah merayakan, tapi tangan kanannya tetap terarah lurus ke arah kepulan debu di depan mereka. Sementara Lex dan Frey berjaga, ketiga bocah yang lainnya masih menempelkan tangan ke leher masing - masing, meyakinkan diri sendiri bahwa leher mereka masih terpasang di tempat yang seharusnya, dan tidak terpotong oleh angin tajam yang baru saja berhembus di belakang mereka.

Shiro dan Tom cuma memandangi pakaian mereka yang sobek dan menyatu kembali saat terkena pisau angin tersebut. Kalau saja mereka bukan Shadow, maka mungkin saat ini mereka sudah kehilangan nyawa.

"Mana, mana? Masa cuman segitu aja!" tantang Lexy pada sosok yang akhirnya mulai berdiri tegak.

Jubah panjang putih bersih dengan wajah yang begitu dikenali kelima bocah di sana berdiri tegap di hadapan mereka semua. Anehnya, bahkan Shiro, yang wajahnya 'dipinjam' oleh sosok di depan sama sekali tidak terkejut.

Sekali lagi, Lex bersiul. Kali ini hanya untuk mencairkan suasana, karena beberapa saat kemudian 'Asterisk' di hadapan mereka malah meminjam wajah Tom. Mir yang masih bingung sempat menoleh ke arah Tom yang asli berdiri, memastikan bahwa yang di hadapan mereka saat ini adalah Asterisk.

Tanpa ragu, Rabi melayangkan sabetan pedang kecil nya tanpa ampun, membuat jubah putih yang dipakai si Asterisk terpotong. Frey melanjutkan serangan dari Rabi tersebut dengan menghantamkan serangannya tepat di wajah sang monster.

Pecahan krem persis tanah liat mencuat keluar dari retakan wajah Asterisk, membuat Lexy secara reflek meloncat mundur ke belakang. Freya yang tadinya tegang setengah mati, langsung terbahak melihat tingkah Lexy, yang langsung melancarkan serangan berikutnya karena tidak mau guratan merah di wajahnya terlihat.

"Ada apa?" tanya Shiro yang akhirnya memperhatikan raut wajah Ren yang terlihat kesal.

"..aku butuh kekuatan... aku ingin bertempur.. seperti Frey dan Lexy.." Ren mengencangkan genggaman tangannya, yang langsung melemas lagi karena Tom.

"Sudah ada kok, kalau cuma kekuatan," ujar Tom sambil tersenyum. "Yang belum ada cuma.." Tom mendekat ke arah telinga Ren dan berbisik pelan, "..keberanian.."

Ren cuma bisa tersenyum kecut, dan mengakui hal tersebut. Sambil menepuk punggung Ren, Shiro memberi isyarat mata agar Ren masuk ke dalam area pertempuran, bergabung dengan Frey dan Lexy. Tidak perlu waktu lama, kaki Ren melangkah tegap dan memposisikan dirinya di antara Frey dan Lexy.

"Ren, mundur!! Nanti kau bisa ter-"

Sinar merah menyala yang keluar dari kedua tangan Ren langsung membekap Lexy yang cuma bisa ternganga terkejut. Frey tersenyum senang, dan sambil menepuk punggung Ren, ia berujar pelan, "Welcome to the club, Ren."

Dan untuk ketiga kalinya, Lexy bersiul girang. Pancaran matanya seolah berkata bahwa ia sudah tidak sabar untuk menghabisi monster di hadapannya, bersama - sama dengan Ren dan Frey. Sambil mengacungkan jempol yang dibalik, Lexy melontarkan tantangan untuk sang Asterisk.

"Monster jelek, kali ini kau pasti akan tersungkur meminta ampun!!"

0 comments: