Monday, November 3, 2008

Your Name Never Gone -- Shiro

Kereta putih itu sama sekali tidak bergerak. Tidak ada pula tanda - tanda akan melaju, tapi 'Shiro' melarang kelima bocah itu untuk keluar. Merasa percuma walaupun mereka keluar, kelima bocah itu memutuskan untuk tetap tinggal di dalam kereta. Hening tanpa suara.

Freya memilih untuk memejamkan matanya, dan bersandar di bahu Frey, yang juga menengadahkan kepalanya untuk mengistirahatkan pikiran dan fisiknya. Lexy seperti biasa tidur telentang di kursi penumpang. Walaupun matanya terpejam, tapi ia sama sekali tidak tidur, atau lebih tepatnya, tidak bisa.

Mir memilih untuk mengalihkan pandangannya ke kota Klaudi yang sudah tidak berbentuk itu, sedangkan Ren duduk manis di sebelahnya sambil bengong. Pikiran Ren kosong, dan ia tidak berusaha untuk mengisinya. Ia hanya ingin rilex sebentar, tidak ingin memikirkan hal yang baru saja terjadi barusan.

Tapi keinginannya terganggu saat 'Shiro' yang tadinya di ruang masinis, kini memasuki gerbong penumpang.

"Shiro meninggalkan ini.." ucapnya sambil menyerahkan sepasang buku yang dulu pernah mereka lihat. Buku dengan peta yang akan menjadi jelas jika keduanya disatukan, buku yang berisi 'keinginan' dari Shadows dan Lights.

Mir yang matanya masih terbuka, mengambil kedua buku itu dari 'Shiro'. Sambil membuka - buka buku tersebut, Mir menyempatkan diri melirik ke 'Shiro'. Sama sekali tidak ada ekspresi di wajahnya, yang menandakan bahwa ia memang bukan manusia, tapi hanya Nightmare.

"Buat apa kedua buku ini?" tanya Mir. "Shiro bilang apa lagi pada mu?"

"Shiro tidak bilang apa - apa lagi. Ia hanya memintaku menyerahkan itu. Setelah itu, tugas ku selesai.."

Tangan kanan Lexy dan Frey secara tiba - tiba mulai mengeluarkan sinar biru yang mengarah ke 'Shiro', yang membuat mereka semua terlunjak kaget. 'Shiro' yang dibungkus cahaya biru itu, mulai menutup mata, dan perlahan tubuhnya mulai menghilang.

"Oi!" seru Ren yang kebingungan. "Lex, Frey!! Hentikan!! Dia bisa..!"

"..tanganku... khh...!" Lexy berusaha mengatupkan telapaknya, tapi percuma, begitu pula dengan Frey.

"Tugasku selesai," ucap 'Shiro' tiba - tiba pada Ren. Dengan sedikit kesadaran yang masih ada, 'Shiro' cuma bisa mengucapkan, "Selamat tinggal." Perpisahan yang sama sekali tidak diduga oleh kelima bocah yang kedua bola matanya hanya bisa terbelalak ketakutan.

Tanpa komando, kereta putih itu akhirnya mulai bergerak maju. Angin yang masuk dari jendela gerbong, membawa sisa - sisa 'Shiro' meninggalkan gerbong penumpang. Meninggalkan Freya dan Mir yang menangis kencang seiring laju kereta.

0 comments: