Monday, November 17, 2008

Now or Never -- One Truth

"Tidak apa - apa meninggalkan kelima anak itu?" Shiro memandang ke arah Tom yang entah sudah keberapa kali nya menghela napas.

"Umh." Sekali lagi, Tom memandang Shiro tepat di kedua matanya. "Yang akan kita lakukan ini berbahaya buat mereka. Lagipula pertarungan kali ini bukan main - main. Bisa - bisa mereka kehilangan nyawa. Bukan mereka saja, bahkan aku sendiri tidak yakin kalau kita bisa selamat keluar hidup - hidup dari Klaudi.."

Shiro mengangguk membenarkan. Ia memutuskan tidak akan bertanya lagi tentang hal itu pada Tom. Matanya menatap lurus ke depan, berharap ia segera sampai di Klaudi untuk menghadapi para Lights. Tapi tidak sampai berapa lama, Shiro menyadari bahwa mereka telah disambut.

"Lights!!" seru Shiro panik saat melihat segerombolan pasukan berjubah putih dari kejauhan. Tom cuma bisa berdecak kesal. Kedua nya kebingungan, apa yang harus diperbuat.

"Jumlah mereka terlalu banyak... Sial... Kalau diserang langsung kayak gini mana mungkin kita..." gerutu Tom sambil menggigiti kuku jarinya.

Tidak sampai 5 menit, kereta hitam yang dinaiki mereka berdua mulai oleng, karena serangan yang diluncurkan Lights di depan mereka.

"..Tom.. gimana..?" tanya Shiro ragu, seiring kereta yang memperlamban jalannya.

"Kita terobos."

Shiro tampak ragu dengan jawaban Tom, tapi ia hanya menganggukkan kepala. Berlama - lama di sini pun tidak menjamin nyawa mereka, jadi lebih baik sekalian saja. 'Nothing to lose' kalau kata Tom.

"Siap - siap ya.."

Shiro mengangguk sambil menelan ludah perlahan. Tom mulai menghitung mundur saat kereta yang mereka tumpangi mulai mendekat ke arah Lights. Saat hitungan seharusnya mencapai angka 0, getaran yang seharusnya dirasakan oleh Shiro akibat tabrakan sama sekali tidak terasa.

Hal yang berikutnya disadari oleh Shiro adalah, ia sudah terpental di dalam sebuah gerbong yang tadi dinaikinya bersama dengan Tom. Tapi bedanya, ia bisa melihat Tom mengangkat kedua tangannya, seolah ia baru saja 'membuang' gerbong tersebut bersama Shiro di dalamnya.

Gerbong yang dinaiki Shiro terangkat makin tinggi ke langit, sementara ia dari atas bisa melihat kereta hitam Tom yang ditahan oleh para Lights. Sambil berusaha memicingkan mata, Shiro cuma bisa pasrah saat sosok Tom digiring oleh 2 Lights di kanan dan kiri nya.

Sambil berusaha memusatkan kekuatannya, Shiro berhasil membentuk kereta putihnya, dan dengan kepala yang penuh pikiran buruk tentang Tom, ia langsung memaju keretanya menuju Sands of Time. Tempat yang seharusnya menjadi perhentian terakhir dari kelima anak - anak itu.

Wednesday, November 5, 2008

Your Name Never Gone -- Mansion of the Beginning

"Kita kembali lagi ke sini yaa.." Freya mengambil nafas dalam - dalam lalu membuangnya seketika saat Mansion of the Beginning menjulang di depan mata kelima bocah itu.

Dengan langkah gontai, kelima bocah itu memasuki Mansion di depan mereka. Tidak ada keinginan untuk menemukan sesuatu di sana, mereka hanya ingin memejamkan mata dan melupakan semua kejadian buruk yang baru saja terjadi.

Sampai di dalam, 5 buah sofa seperti menyambut mereka, dan tanpa basa basi kelimanya langsung menempatkan diri masing - masing di tiap sofa. Tidak sampai 10 menit, kesadaran kelima bocah itu sudah melayang jauh.

***

Sosok lelaki dengan jubah hitam legam menjuntai sampai ke bawah kakinya melangkah menuruni tangga spiral yang ada di Mansion itu. Suara langkahnya hampir tidak terdengar sama sekali, sehingga kelima bocah itu tidak ada yang menyadari kehadirannya.

Si lelaki menghampiri salah satunya, Ren, yang membuka matanya perlahan. Ren sama sekali tidak kaget dengan penampakan lelaki yang sekarang menghadap wajah Ren dari atas.

"Kenapa kau menolak untuk pulang?" tanyanya dengan suara yang begitu dikenal oleh Ren. "Banyak orang begitu inginnya kembali ke tempat di mana mereka dibesarkan, kembali ke tempat yang mau menerima mereka apapun kondisinya."

"Mana ada sih yang mau pulang ke rumah tanpa jiwa itu. Di buku yang pernah kubaca, seharusnya yang namanya 'keluarga' dan 'rumah' tidak seperti rumahku saat ini. Seharusnya di rumah itu akan ada yang menyambut kepulangan kita. Tapi di rumah itu.. yang ada hanya sepasang tangan yang siap mencekik lehermu saat kau menjejakkan kaki di pintu depan.." Ren menatap balik sepasang mata yang mengamatinya dari tadi. "Lagipula..." Dengan satu gerakan, Ren menegakkan tubuhnya dan menatap keempat kawannya yang masih berada di sofa masing - masing. "Di sini, aku merasa sudah pulang..."

"Shiro!" Mir yang terbangun langsung mengenali sosok berjubah hitam di sebelah Ren. Seruannya membuat ketiga bocah yang lain langsung menegakkan badan.

Dengan reflek, Freya meloncat dari sofanya dan, detik berikutnya, ia sudah mendekap Shiro sampai penutup kepalanya terlepas, dan memperlihatkan wajah Shiro yang tampak terkejut setengah mati.

"..syukurlah.." bisik Freya pelan. Kata yang sama seperti yang ia ucapkan saat menyambut kedatangan Frey dan Lexy setelah mereka melawan Nightmare. "Mana Tom?"

Langkah berat yang muncul dari tangga spiral membuat kelimanya menoleh, dan Shiro pun ikut menoleh sambil tersenyum simpul. Ekspresi kelima bocah itu bertambah cerah, karena akhirnya, mereka bisa melihat wajah Tom yang mereka kenal.

Monday, November 3, 2008

Your Name Never Gone -- Shiro

Kereta putih itu sama sekali tidak bergerak. Tidak ada pula tanda - tanda akan melaju, tapi 'Shiro' melarang kelima bocah itu untuk keluar. Merasa percuma walaupun mereka keluar, kelima bocah itu memutuskan untuk tetap tinggal di dalam kereta. Hening tanpa suara.

Freya memilih untuk memejamkan matanya, dan bersandar di bahu Frey, yang juga menengadahkan kepalanya untuk mengistirahatkan pikiran dan fisiknya. Lexy seperti biasa tidur telentang di kursi penumpang. Walaupun matanya terpejam, tapi ia sama sekali tidak tidur, atau lebih tepatnya, tidak bisa.

Mir memilih untuk mengalihkan pandangannya ke kota Klaudi yang sudah tidak berbentuk itu, sedangkan Ren duduk manis di sebelahnya sambil bengong. Pikiran Ren kosong, dan ia tidak berusaha untuk mengisinya. Ia hanya ingin rilex sebentar, tidak ingin memikirkan hal yang baru saja terjadi barusan.

Tapi keinginannya terganggu saat 'Shiro' yang tadinya di ruang masinis, kini memasuki gerbong penumpang.

"Shiro meninggalkan ini.." ucapnya sambil menyerahkan sepasang buku yang dulu pernah mereka lihat. Buku dengan peta yang akan menjadi jelas jika keduanya disatukan, buku yang berisi 'keinginan' dari Shadows dan Lights.

Mir yang matanya masih terbuka, mengambil kedua buku itu dari 'Shiro'. Sambil membuka - buka buku tersebut, Mir menyempatkan diri melirik ke 'Shiro'. Sama sekali tidak ada ekspresi di wajahnya, yang menandakan bahwa ia memang bukan manusia, tapi hanya Nightmare.

"Buat apa kedua buku ini?" tanya Mir. "Shiro bilang apa lagi pada mu?"

"Shiro tidak bilang apa - apa lagi. Ia hanya memintaku menyerahkan itu. Setelah itu, tugas ku selesai.."

Tangan kanan Lexy dan Frey secara tiba - tiba mulai mengeluarkan sinar biru yang mengarah ke 'Shiro', yang membuat mereka semua terlunjak kaget. 'Shiro' yang dibungkus cahaya biru itu, mulai menutup mata, dan perlahan tubuhnya mulai menghilang.

"Oi!" seru Ren yang kebingungan. "Lex, Frey!! Hentikan!! Dia bisa..!"

"..tanganku... khh...!" Lexy berusaha mengatupkan telapaknya, tapi percuma, begitu pula dengan Frey.

"Tugasku selesai," ucap 'Shiro' tiba - tiba pada Ren. Dengan sedikit kesadaran yang masih ada, 'Shiro' cuma bisa mengucapkan, "Selamat tinggal." Perpisahan yang sama sekali tidak diduga oleh kelima bocah yang kedua bola matanya hanya bisa terbelalak ketakutan.

Tanpa komando, kereta putih itu akhirnya mulai bergerak maju. Angin yang masuk dari jendela gerbong, membawa sisa - sisa 'Shiro' meninggalkan gerbong penumpang. Meninggalkan Freya dan Mir yang menangis kencang seiring laju kereta.