Sunday, October 12, 2008

Your Name Never Gone -- Nightmare

"Di mana ini?" tanya Mir saat melihat pemandangan di depan matanya. Shiro bukannya menjawab, malah langsung menghambur keluar dari kereta.

"Ayo cepat!!"

Freya dan yang lain cuma bisa mengangguk dan menyusulnya. Ini pertama kalinya mereka melihat Shiro yang emosi bukan main. Biasanya ia malah tidak memperlihatkannya sama sekali.

Setelah mereka masuk ke bangunan yang menjulang tinggi di depan, Frey tiba - tiba menyadari sesuatu.

"Ini kan Mansion of the Beginning? Ingat 'kan? Yang waktu itu."

Keempat bocah yang lain cuman manggut - manggut membenarkan. Shiro tanpa mendengarkan kata - kata Frey langsung menaiki tangga spiral di depannya. Melewati koridor panjang, dan berhenti di depan sebuah pintu yang menjulang tinggi di depan keenamnya. Setelah mengambil nafas dalam - dalam, Shiro akhirnya membuka pintu itu, dan masih belum hilang dari ingatan Frey dan Lexy, sosok monster tinggi besar yang nyaris membuat mereka kehilangan nyawa. Nightmare.

Dengan sedikit terpaksa, kelima bocah itu mengikuti Shiro yang menghampiri sang monster dan menatapnya lekat - lekat.

"Aku butuh bantuan mu..." bisiknya pelan, dan Nightmare mulai bergerak. Kelima bocah di belakang Shiro hanya bisa mundur perlahan. Tanpa Partners yang mendampingi mereka, kembali melawan Nightmare sama saja dengan bunuh diri. Mereka cuma bisa berharap Shiro tau apa yang ia lakukan.

Berbeda dengan Nightmare sebelumnya, Nightmare kali ini bukannya semakin membesar, tapi malah menyusut, sampai seukuran tubuh Shiro. Sosoknya yang tampak seperti monster pun kali ini tidak ada lagi. Digantikan dengan sosok manusia, yang wajahnya hampir menyerupai Shiro.

"Antar kami ke Klaudi," perintah Shiro pada 'kembaran'nya itu. Nightmare di depan Shiro itu hanya memejamkan matanya, dan kereta hitam milik Tom berdiri tegak di belakang mereka. Persis saat mereka akan melarikan diri dan meninggalkan Shiro, Frey dan Lexy.

Kedua Shiro memasuki kereta itu, dan mau tidak mau Frey dan yang lain pun mengikuti.

"Kenapa tidak naik kereta putih mu itu?" tanya Lexy setelah kereta hitam itu akhirnya melaju. Shiro bukannya menjawab, tapi malah bungkam, sambil memalingkan wajahnya ke luar jendela. Padahal pemandangan di sekitar mereka hanya hitam pekat. Sama sekali tidak terlihat apapun.

Tidak sampai 10 menit, kereta mereka terhenti, dan saat pintu gerbong dibuka, pemandangan Klaudi yang dilimuti kegelapan pekat menyambut mereka. Sama sekali tidak ada cahaya dari lampu jalan yang dulu menyinari tiap sudut kota. Bangunan - bangunan yang dulu membuat mereka terpana, sudah tidak berdiri tegak lagi. Semuanya hancur berantakan. Jalanan mulus tanpa kerikil, saat ini bahkan untuk kaki melangkah saja sudah nyaris tidak ada tempat.

Shiro sama sekali tidak mempedulikan semua itu. Ia melangkah pasti, menuju ke ujung kota, di mana satu bangunan masih berdiri tegak tanpa cacat. Gedung pertemuan para Lights. Ren akhirnya memimpin yang lain untuk mengikuti Shiro, sementara 'kembaran'nya tetap berada di dalam kereta.

0 comments: