Tuesday, October 28, 2008

Your Name Never Gone -- Eternia

"..apa yang terjadi..?"

Lexy akhirnya sadar juga, dan pemandangan yang dilihatnya membuat ia merasa ingin pingsan lagi. Gedung Pertemuan para Lights yang tadinya masih sedikit gagah berdiri, kini sudah tinggal puing - puing. Keempat kawannya tergeletak tidak karuan karena tidak sadarkan diri. Kelima Partners yang tadi baru saja ia bawa kembali dari dalam bangunan itu, kini tidak tampak satu pun. Bahkan Phoenix yang tadi sempat terkulai di tangannya, kini sudah tidak ada lagi.

Samar - samar dari dalam kabut, Lexy bisa melihat dua sosok tinggi besar di depannya. Tom dan Eternia. Shiro yang tadi masih di tangan Tom, kini sudah tergeletak di bawah kakinya. Seiring kabut yang menghilang, sosok Eternia pun ikut terkikis sedikit demi sedikit.

"..selesai.." ujar Tom lirih. Lexy tidak mengerti. Nada suara Tom sama sekali tidak menunjukkan rasa senang karena sudah berhasil menundukkan kelima bocah yang tadinya berdiri tegap di depannya.

Sambil berusaha menopang tubuhnya sendiri, Lexy menghampiri keempat bocah lain yang masih tersungkur lemas. Tidak butuh waktu lama sampai mereka berlima kembali berdiri di atas kaki masing - masing.

Tidak ada yang bersuara satu pun. Tom masih saja memalingkan wajahnya ke tubuh Shiro di sebelah kaki kanannya. Perlahan, ia mulai mengangkat tubuh kawannya itu. Kereta hitam yang biasa mereka tumpangi segera muncul mengambang di atas puing - puing bangunan. Seolah ada rel yang tidak terlihat di sana.

Tepat sebelum kereta bergerak maju, Tom menoleh, dan untuk pertama kalinya setelah ia berpisah dari kelima bocah tersebut, ia memasang 'senyum miris' nya yang biasa. Saat itu, kelima bocah itu seperti mengerti kenapa Tom melakukan semua itu, walaupun isi kepala mereka masih sama sekali kosong.

Frey menoleh kaget saat ia mendengar suara langkah kaki dari belakang mereka. Nightmare berbentuk Shiro berdiri dengan pandangan kosongnya yang biasa.

"..'Shiro' bilang.. kalian harus naik ke kereta.." ujarnya dengan suara ala Shiro.

Mir merasa ragu, tapi Lexy yang melangkah maju, membuat keempat bocah yang lain yakin dan mengikuti 'Shiro' di depan mereka. Kereta putih masih berdiri tegak di stasiun Klaudi, seakan tidak terpengaruh kejadian barusan.

Di dalam gerbong, kelima bocah itu hanya terduduk lemas, sambil memandang ke luar jendela. Semua yang baru saja terjadi bagaikan mimpi. Tujuan mereka ke sini adalah menyelamatkan Tom. Tapi yang ingin mereka selamatkan malah membahayakan Shiro dan diri mereka sendiri. Padahal mereka tadi sudah bertemu dengan Inuki dan yang lain, dan mereka mengira setelah ini, mereka bisa kembali pergi ke kota lain bersama Partner mereka masing - masing.

Semua pikiran itu runtuh dalam seketika. Runtuh di hadapan Shadow Tom, Eternia.

Saturday, October 18, 2008

Your Name Never Gone -- Shadow

Tom yang dulu mereka kenal, seolah sudah hilang ditelan kegelapan di dalam dirinya sendiri. Sosoknya yang perlahan berjalan keluar dari dalam bangunan kali ini tampak jelas di mata kelima bocah itu. Tangan kirinya terkulai lemas. Sementara di tangan kanannya, tubuh Shiro yang tidak kalah 'heboh'nya dengan Lexy cuma diseret seiring langkah kakinya.

Frey sudah akan mengambil Shiro kembali, tapi mata Tom yang menatap matanya membuat Frey tidak berkutik.

"Ngapain kalian ke sini? Waktu itu aku sudah mengirim kalian pulang 'kan?"

"Tugas kami belum selesai.." jawab Ren pelan.

"Ho? Memangnya kalian punya tugas apa? Membasmi Shadow? Heh, jangan buat aku tertawa!"

Freya masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Akal sehatnya masih tidak mau percaya bahwa orang di depannya itu adalah Tom. Freya tidak mau percaya bahwa kata - kata tadi baru saja diucapkan oleh Tom.

"Shiro!" panggil Mir saat ia melihatnya mulai membuka mata.

"..cih..." gumam Shiro sambil mengangkat kepalanya ke arah Tom. "Oi.. Lepaskan ak-argghhhhhh!!!" Shiro menjerit sekuat - kuatnya saat Tom mencengkeram lengannya yang setengah patah tulang itu.

Mir dan Freya langsung menutup kedua telinga mereka. Ren dan Frey hanya bisa terpaku. Tidak tau harus berbuat apa. Frey takut Tom akan menyakiti Shiro kalau ia berbuat macam - macam. Sementara itu, Shiro tampaknya kembali kehilangan setengah kesadarannya, walaupun kelopak matanya masih sedikit terbuka.

Masih dengan tatapan sinisnya, Tom menatap Lexy yang terkulai tak berdaya.

"Kasian.. liat teman kalian itu. Cuma gara - gara ia sedikit kuat, langsung saja ia main menyerang 'makhluk' ini. Liat baik - baik. Ini Shadow yang lebih kuat dari Nightmare. Eternia."

Seiring kata terakhir yang diucapkan Tom, Eternia, Nightmare II yang ditakutkan kelima bocah itu, mulai menggaungkan teriakannya. Dengan gemetar, tangan kanan Frey kembali terulur ke depan.

'..Mundur..' gumam Rabi yang langsung maju ke depan Frey. 'Kali ini, kami yang akan bertarung..' ujarnya, diikuti Inuki dan Guri yang berbaris rapi di depan Frey dan Ren.

Belum sempat Frey menghentikan mereka, ketiganya sudah menyerbu Eternia, diikuti Phoenix dan Brownie yang muncul dari belakang. Cahaya putih menyilaukan mata membuat keempat bocah itu mengangkat kedua tangannya menutupi kepala mereka. Diiringi suara debaman keras, kabut tebal mulai menyelimuti Klaudi Town.

Monday, October 13, 2008

HERDER NGGLUNDUNG SANA!!

Dari judulnya udah ketauan 'kan? Hari ini, tepatnya sore tadi, saia kembali bermasalah dengan penjaga kos yang punya nama beken 'Herder'! 

Seperti biasa, abis pulang kuliah, temen ikan yang namanya punya arti 'flower' ini mampir ke kos. Karena si ikan ini mau pergi, jadilah 'flower' ditinggal sndirian di kamar. Klo dia mo pulang, toh dia punya kunci serep kamar kos, jadi tenang - tenang aja :P

Selama di tempat tujuan, si ikan ini tenang - tenang aja, soalnya lagi makan setelah kelaparan dari pagi >.< Entah jam berapa, pas iseng liat HP, ternyata ada sms dari temen si ikan yang ditinggal di kos itu. Isi pesennya kurang lebih gini :

'Le, tadi AC nya dimatiin.. si herder dateng nyariin ktnya kmu suru ktmu ma dia.. gimana ini >.<'

Kayak kompor dinyalain, kepala si ikan langsung panas. Dengan kalap, langsung aja si temen ini ditelpon, dan cerita kronologis kejadiannya. Gara - gara mas2 di depan liat si ikan pergi n pas ngecek ternyata AC di kamarnya gak mati, langsung aja deh saklar yang entah ada di mana dimatiin. Alhasil matilah sudah kehidupan surga di kamar si ikan --".

Step berikutnya, si ikan langsung telpon ke terdakwa, alias Herder. Setelah ngoceh gak karuan gara - gara kalap (sampe lupa tadi udh ngomong apa aja ^^;) akhirnya kira - kira gini :

Herder : 'Iya, tadi AC nya dimatiin sama mas nya, soalnya dia liat kamu pergi. Tapi saya gak tau kalau di kamar ada temen kamu.'
Ikan : 'Makanya bu, kalau matiin jangan sembarangan. Kalo gitu kan kasian temen saya kepanasan.'
Herder : 'Saya kan juga gak tau kalo kamu lagi pergi, makanya lain kali kalo pergi bilang dulu.'
Ikan : '.............(dalam hati : emang lu siapa --") Ya udah sekarang ibu tau kan kalo di kamar ada temen saya, AC nya dinyalain ya bu.'
Herder : 'Iya nanti saya suruh mas nya nyalain.'

Dengan sedikit lega, akhirnya si ikan ngasi kabar gembira ke temennya.

(30 menit kemudian)

Si ikan iseng sms temennya : 'Udah nyala blm AC nya?', dan berharap dapet jawaban yg baek. Tapi balesannya malah : 'Blm le >.<...'

OK. Nyari masalah ini namanya. Dengan kepala mendidih si ikan telpon lagi ke si gukguk.

Ikan : 'Bu AC nya belum dinyalain ya?'
Herder : 'Oiya, aduh mas nya lagi pergi lagi.'
Ikan : '.........' (abis itu ngomel apa gitu, lupa ^^;)

Akhirnya, karena kesel ngomong sama orang bebal macam si herder, si ikan langsung aja pulang ke kosnya yang udah pasti panas tanpa udara. Pas buka pintu kamar, ternyata AC nya udah dihidupin lagi dari pusat, n langsung ngomong ke si temen : 'Loh, itu nyala!'. Dan balesan dari temennya : 'Barusan aja tu..'

Wew.

Entah emang mas nya yang dodol, ato emang herdernya yang setupit --" Udah minta dinyalain dari kapan ehhh malah pas yg punya kamar udah balik baru dinyalain. Bikin susah aja emang.

Your Name Never Gone -- Nightmare II

Ren dan ketiga bocah lain yang menunggu di depan bangunan mulai tampak tidak sabar. Frey sudah berulang kali berdiri, berniat untuk menyusul Lexy, tapi ia kembali duduk karena tau Lexy pasti akan marah.

"Udah ah, ayo susul dia!" Freya akhirnya tidak betah juga melihat Frey yang setengah - setengah. "Mau dia ngambek kek, ngomel kek, daripada dia balik ke sini tanpa nyawa?!"

'Mir!' Brownie menyeruak keluar dari dalam bangunan, dan Mir langsung memeluk elang coklat di depannya itu. Tidak butuh waktu lama buat Frey dan yang lain untuk melihat Partners mereka masing - masing, yang sedang menarik tubuh Lexy.

Ren dan Frey dengan gesit langsung mengambil alih peran Guri, Inuki dan Rabi yang berusaha membawa Lexy dengan susah payah. Bocah yang biasanya paling berisik itu, kini dilumuri darah segar yang mengalir dari ujung keningnya. Sekujur tubuhnya yang penuh luka sabetan mulai dingin dan bergetar hebat.

"Lex, bertahanlah.." gumam Ren. Freya dan Mir ikutan nimbrung dan segera membalut beberapa luka Lexy, sementara Brownie mengeluarkan tenaga penyembuhnya agar lukanya cepat menutup.

"Apa yang terjadi?" tanya Frey pada Phoenix yang akhirnya muncul juga dan terbang lemas di depannya.

'....Night...mare..' Phoenix terbang rendah dan mendarat di sebelah Lexy. '..Tom..dan Nightmarenya.. Lexy me-'

Keempat bocah itu menoleh panik saat pintu di depan mereka roboh begitu saja. Rabi langsung mencabut pedangnya. Inuki menggeram galak. Sementara Guri berjaga malas seperti biasa. Sosok monster yang sedikit berbeda dengan Nightmare segera muncul dari depan pintu. Tingginya hanya seperti orang dewasa. Tapi sorot mata emasnya cukup untuk membuat mereka semua diam tak bergerak.

Tanpa dikomando, Frey melontarkan sinar biru dari tangannya. Walaupun mengenai Nightmare II itu tepat di dadanya, tapi yang dihantam sama sekali tidak bergerak. Sama sekali tidak merasakan apa pun.

"Sia - sia.."

Suara yang begitu dikenal kelimat bocah itu bergema dari dalam bangunan. Diikuti sosoknya yang membuat mereka merinding. Tom.

Your Name Never Gone -- Partners

Walaupun terlihat berdiri tegap dari kejauhan, tapi gedung di depan mata mereka ternyata tidak kalah hancur. Pintu berlapis kayu itu tampak remuk jadi dua. Jendela di bagian kanan dan kiri semuanya retak. Tidak ada satu kaca pun yang masih bertahan di tempatnya semula.

Sementara Shiro sudah masuk jauh ke dalam, Frey dan yang lain memutuskan untuk berkumpul sebentar di depan, berusaha menebak - nebak apa yang sudah terjadi pada Klaudi.

"Apa mungkin Tom mengamuk lalu menghancurkan satu kota?" ujar Mir yang langsung ditepis oleh Ren.

"Ini Tom, mana mungkin sih dia melibatkan orang lain. Memang sih orang lain di sini itu Lights semua, tapi sepertinya Tom nggak sebrutal itu."

"Hmm... kalau begitu..." Mir menimbang - nimbang mencari penjelasan lain.

"Nightmare..?" celetuk Freya sambil menatap kereta mereka yang ada di ujung sana. Frey mengangkat bahu.

"Mungkin. Nightmare yang pertama aja dari Shiro 'kan? Mungkin Mereka melakukan hal yang sama pada Tom, jadi ada Nightmare lagi, tapi yang kali ini jadi brutal."Frey manggut - manggut mengiyakan kesimpulannya sendiri.

Lexy yang biasanya sedikit cerewet masalah beginian, kali ini hanya diam saja. Ia sepertinya tertarik untuk masuk dan menyelidiki lebih lanjut, tapi selama keempat bocah yang lain tidak mau masuk, maka tidak ada satu pun yang masuk, begitu peraturan yang dibuat Frey barusan.

"Aku tidak mau ada yang kepisah lagi."

Entah dari mana munculnya, tiba - tiba dari atap gedung pertemuan itu muncul meteor yang meledakkan sebagian bangunan bagian belakang. Mata kelimanya terbelalak. Di dalam masih ada Shiro. Dengan nekad, Lexy berlari memasuki bangunan di depannya. Frey sempat menahan tangan Lexy, tapi segera melepasnya kembali saat Lexy berbisik lirih.

"Lepaskan tanganku.." Suara Lexy tidak seperti biasanya, dan hal itu membuat Frey sedikit merinding. "Kalian jangan ikut masuk. Tunggu saja di sini."

Tanpa ada yang membantah lagi, Lexy sudah hilang di antara pilar - pilar di dalam gedung. Seolah tau arah yang dituju, kaki Lexy membawanya melangkah ke ruangan kecil di balik lemari - lemari buku yang menjulang tinggi di tengah gedung. Sepasang meja dan kursi masih saja berdiri tegak di sana, seolah tidak terpengaruh kejadian di luar sana. Lexy tidak langsung duduk di kursi. Ia melangkah ke bagian belakang ruangan. Seperti sulap, tangan Lexy menekan sebuah tombol yang sama sekali tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.

Suara 'klik' pelan disambut dengan gerakan dinding di depannya yang terbuka perlahan. Sinar menyilaukan membuat Lexy memicingkan matanya. Saat mata Lexy sudah mulai terbiasa, ia mendengar suara yang sangat dirindukannya. Pekikan Phoenix yang disambut hembusan angin membuat Lexy menoleh ke belakang.

'Lex..'

"Yo." Tangan Lexy terulur sambil membelai Phoenix yang terbang rendah di depannya. Phoenix sudah akan bertengger di bahu Lexy, sampai tiba - tiba bocah di depannya jatuh tertubruk. Guri dan Inuki menindih badan Lexy sambil meloncat kegirangan. Sementara Brownie terbang pelan dengan Rabi mendampinginya. Lexy cuman menggerutu 'Ouch!" dan detik berikutnya ia sudah tersenyum puas karena sudah mendapat 'Jackpot'.

Tapi Jackpot nya bukan hanya itu saja..

Sunday, October 12, 2008

Your Name Never Gone -- Nightmare

"Di mana ini?" tanya Mir saat melihat pemandangan di depan matanya. Shiro bukannya menjawab, malah langsung menghambur keluar dari kereta.

"Ayo cepat!!"

Freya dan yang lain cuma bisa mengangguk dan menyusulnya. Ini pertama kalinya mereka melihat Shiro yang emosi bukan main. Biasanya ia malah tidak memperlihatkannya sama sekali.

Setelah mereka masuk ke bangunan yang menjulang tinggi di depan, Frey tiba - tiba menyadari sesuatu.

"Ini kan Mansion of the Beginning? Ingat 'kan? Yang waktu itu."

Keempat bocah yang lain cuman manggut - manggut membenarkan. Shiro tanpa mendengarkan kata - kata Frey langsung menaiki tangga spiral di depannya. Melewati koridor panjang, dan berhenti di depan sebuah pintu yang menjulang tinggi di depan keenamnya. Setelah mengambil nafas dalam - dalam, Shiro akhirnya membuka pintu itu, dan masih belum hilang dari ingatan Frey dan Lexy, sosok monster tinggi besar yang nyaris membuat mereka kehilangan nyawa. Nightmare.

Dengan sedikit terpaksa, kelima bocah itu mengikuti Shiro yang menghampiri sang monster dan menatapnya lekat - lekat.

"Aku butuh bantuan mu..." bisiknya pelan, dan Nightmare mulai bergerak. Kelima bocah di belakang Shiro hanya bisa mundur perlahan. Tanpa Partners yang mendampingi mereka, kembali melawan Nightmare sama saja dengan bunuh diri. Mereka cuma bisa berharap Shiro tau apa yang ia lakukan.

Berbeda dengan Nightmare sebelumnya, Nightmare kali ini bukannya semakin membesar, tapi malah menyusut, sampai seukuran tubuh Shiro. Sosoknya yang tampak seperti monster pun kali ini tidak ada lagi. Digantikan dengan sosok manusia, yang wajahnya hampir menyerupai Shiro.

"Antar kami ke Klaudi," perintah Shiro pada 'kembaran'nya itu. Nightmare di depan Shiro itu hanya memejamkan matanya, dan kereta hitam milik Tom berdiri tegak di belakang mereka. Persis saat mereka akan melarikan diri dan meninggalkan Shiro, Frey dan Lexy.

Kedua Shiro memasuki kereta itu, dan mau tidak mau Frey dan yang lain pun mengikuti.

"Kenapa tidak naik kereta putih mu itu?" tanya Lexy setelah kereta hitam itu akhirnya melaju. Shiro bukannya menjawab, tapi malah bungkam, sambil memalingkan wajahnya ke luar jendela. Padahal pemandangan di sekitar mereka hanya hitam pekat. Sama sekali tidak terlihat apapun.

Tidak sampai 10 menit, kereta mereka terhenti, dan saat pintu gerbong dibuka, pemandangan Klaudi yang dilimuti kegelapan pekat menyambut mereka. Sama sekali tidak ada cahaya dari lampu jalan yang dulu menyinari tiap sudut kota. Bangunan - bangunan yang dulu membuat mereka terpana, sudah tidak berdiri tegak lagi. Semuanya hancur berantakan. Jalanan mulus tanpa kerikil, saat ini bahkan untuk kaki melangkah saja sudah nyaris tidak ada tempat.

Shiro sama sekali tidak mempedulikan semua itu. Ia melangkah pasti, menuju ke ujung kota, di mana satu bangunan masih berdiri tegak tanpa cacat. Gedung pertemuan para Lights. Ren akhirnya memimpin yang lain untuk mengikuti Shiro, sementara 'kembaran'nya tetap berada di dalam kereta.

Friday, October 10, 2008

Us -- Accidentally Rejoined

Kelima bocah itu menoleh kaget, saat suara 'oooongggg' panjang yang sudah lama tidak mereka dengar tiba - tiba bergaung di Sands of Time.

"Aku tidak mendengar apa pun... ya 'kan?" gumam Mir sambil menatap tidak percaya ujung gerbong masinis yang bergerak mendekati kelima bocah tersebut. Bukan kereta hitam seperti yang mereka harapkan, melainkan kereta putih yang mereka yakin tidak akan mereka lihat lagi.

Shiro tampak menghambur keluar dari gerbong masinis. Kondisinya tampak aneh, membuat kelima bocah itu akhirnya menghampiri Shiro sambil menunda pertanyaan - pertanyaan yang sudah mereka simpan. Tubuh Shiro terasa dingin. Sedingin es. Sama sekali tidak ada kehangatan yang biasanya mengalir di tubuh manusia. Ujung jarinya terus bergetar, dan pandangan matanya tampak sedikit kabur.

"Shiro..?" panggil Lexy pelan. "Kau.. baik - baik saja?"

"Masuk ke dalam..!" Kelima bocah itu saling berpandangan, sebelum akhirnya mereka bergegas saat Shiro membentak, "CEPAT!!"

Cuma dalam waktu kurang dari 1 menit, kereta putih itu sudah melaju kencang lagi, dan pemandangan di kanan kiri mereka langsung berganti. Bukan lagi Sands of Time, tapi Sunset Town.

"Err.. rasanya kita baru saja pindah tempat..?" ujar Freya sambil memastikan bahwa matanya tidak terganggu.

Shiro bergabung dengan kelima bocah itu tak lama kemudian, dan Frey langsung melemparkan pertanyaan padanya.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau tiba - tiba muncul setelah menelantarkan kami di rumah Ren?"

"Tolong, bukan saatnya untuk itu," Shiro tampak tidak sabar. "Tom.. Mereka membawa dia pergi..!"

"Ha? Siapa, ke mana?" sambar Lexy.

"LIGHTS!!" Dan Shiro tampak menyesal telah meneriakkan kata tersebut. "Maaf.. bukan maksudku.. ouwhh.." Sambil menelungkupkan kepalanya ke dalam kedua tangannya, Shiro terduduk lemas di sebelah Frey.

"Kami tidak akan membantumu kalau kau tidak cerita apa yang sebenarnya terjadi. Gimana?"

Setelah menghela nafas untuk kesekian kalinya, Shiro akhirnya buka mulut juga. 'Tujuan' Tom saat meninggalkan mereka semua di rumah Ren adalah memulangkan mereka. Begitu Ren dan Mir memasuki rumah, maka Frey, Freya dan Lexy secara otomatis akan terlempar ke Eve's Corner, begitu selanjutnya.

"Tapi kami-, aku, tidak berani masuk ke dalam rumah.."

Shiro berhenti sejenak dan melanjutkan kembali ceritanya. Setelah mereka berpisah, Tom dan Shiro bermaksud kembali ke Klaudi, 'menyelesaikan masalah yang belum selesai' dengan para Lights. Tapi justru itulah kesalahan terbesar yang mereka lakukan. Belum sampai setengah perjalanan menuju Klaudi, tiba - tiba kereta hitam Tom terguling ke samping. Tidak tampak ada tenaga yang mendorong kereta tersebut, dan tidak ada pula sesosok apa pun di sekitar mereka. Detik berikutnya, sebuah gerbong penumpang dengan Shiro di dalamnya, dipentalkan ke Plain of Illusion.

"..Itu tenaga terakhir yang dipakai Tom. Atau mungkin malah.. jiwa terakhirnya.."

Kereta putih itu berhenti di depan penginapan tempat kelima bocah itu pertama kali datang. Sepasang kakek dan nenek yang mereka kenal, tampak menyambut kedatangan mereka dengan kebingungan.

"Ada apa ini? Mana Tom?" tanya si nenek sambil memegang lampu minyak di tangan kirinya.

"Mau apa kita ke sini?" bisik Frey pada Shiro yang wajahnya masih saja tampak panik. Tanpa menjelaskan apa pun, Shiro menyeruak masuk ke dalam penginapan dan mulai mengobrak - abrik lemari tua di belakang meja penerima tamu.

Freya sibuk menjelaskan kepada pasangan tua itu tentang apa yang terjadi. Mereka hanya manggut - manggut, dan tampak sama sekali tidak terganggu melihat lemari di depan mereka itu berantakan. Beberapa menit kemudian, Shiro mendekap snowglobe yang lumayan besar. Tanpa mengucap kata permisi pada yang punya penginapan, Shiro langsung mengkomandokan kelima bocah itu untuk kembali naik ke kereta.

Sekali lagi, Freya dan yang lain meminta maaf pada pemilik penginapan yang cuma tersenyum.

"Hati - hati di jalan ya," pesan si kakek, sebelum akhirnya kereta kembali melaju, dan Shiro memberi komando sekali lagi.

"Pegangan yang kencang, jangan sampai terpental dari kereta."

Sinar memancar dari snowglobe di tangan Shiro, dan seperti yang terjadi di Eve's Corner, Shiro dan kelima bocah itu tersedot masuk ke dalamnya.