Saturday, June 28, 2008

Return to Tomorrow -- Those Who Leave Ahead part 2

Kereta hitam itu akhirnya berhenti, walaupun tidak ada stasiun maupun tempat pemberhentian semacamnya. Hanya rel yang terus memanjang dari arah mereka datang sampai entah ke mana. Suasana di kanan dan kiri rel itu hanya kosong. Cuma langit merah abu yang menopang rel dan kereta yang berjalan di atasnya. Beberapa menit berlalu, tapi tidak ada seorang pun yang keluar dari gerbong di dalamnya. 

Rabi menghunus pedangnya terarah ke leher Tom. Pemandangan itu lah yang membuat suasana gerbong menjadi sunyi senyap. Tom tidak berusaha mengelak. Malah sepertinya ia berharap pedang itu bisa menusuk tenggorokannya. 

'Aku tanya sekali lagi... Apa Frey bisa sampai ke tempat kita nanti?' 

Dengan lemas, Tom memalingkan wajahnya. Ujung pedang Rabi sedikit bergeser, membuat guratan luka di leher Tom, yang segera menutup tanpa mengeluarkan darah.

"Lupa? Aku sudah tidak punya tubuh manusia lagi. Jadi mau kau apakan pun, aku tidak akan terluka. Yah, memang ada bekasnya sih, sakit juga sedikit, tapi tidak ada lagi yang namanya darah."

'Jawab pertanyaanku...' Rabi mulai tidak sabar. Ujung pedangnya kini beralih ke letak jantung Tom.

"Rabi hentikan," Freya akhirnya buka mulut. "Frey pasti baik - baik saja. Dia lebih kuat daripada penampilannya kok."

"Lagipula percuma kau arahkan pedang padanya." Kali ini Ren yang maju. "Sudahlah.." Tangan Ren menggenggam ujung pedang Rabi dan menyingkirkannya dari Tom. Darah segar mengalir dari telapak tangannya yang mengenai mata pedang. Sebelum kembali duduk, dengan pandangan sinis ia berkata pada Tom, "Masih hidup itu enak yaa.."

Berbeda dengan Inuki dan yang lain, Brownie punya kekuatan penyembuh yang bahkan tidak dimiliki Phoenix. Luka Ren dalam sekejap sudah menutup, tapi bekas darah di tangannya menetap di telapaknya. Rabi yang sudah tenang kini duduk diam di sebelah Freya yang masih berdiri tegang.

"Jadi mereka tidak bisa menyusul?" Mir mengembalikan topik pembicaraan.

"Kalau mereka bisa mengalahkan Nightmare, maka menyusul kita bukan hal yang tidak mungkin 'kan? Apalagi itu berarti Shiro sudah kembali sadar. Dia pasti bisa membantu Lexy dan Frey."

'Kau pikir Nightmare itu Shadow biasa? Kau sendiri yang bilang kalau dia itu Shadow terkuat.' Emosi Rabi kembali memuncak. 'Cuma gara - gara Frey bilang agar aku ikut denganmu makanya aku percaya bahwa dia bisa menyusul kita. Tapi kau malah...'

"Maksudnya.. Kau tidak percaya pada Frey?" 

Kali ini tanpa basa basi Rabi menyabetkan pedangnya begitu saja, meninggalkan koyakan diagonal di baju Tom. Luka menganga terlihat di dada Tom, yang kemudian langsung hilang tanpa bekas sekali lagi.

'Jangan berani - berani kau berbicara tentang Frey.'

"Rabi!" Freya mendorong Rabi agar kembali ke tempat duduknya. 

Suasana kembali hening. Tom akhirnya menghela nafas dan berbalik menuju gerbong masinis. Tak lama kemudian, kereta hitam kembali melaju perlahan. Lebih pelan daripada biasanya. 

"Di depan sana ada stasiun. Lebih baik kita menunggu di sana," suara Tom menggema di gerbong penumpang. "..aku akan mencari cara agar mereka bisa menyusul.. tanpa harus mengalahkan Nightmare..."

'..sudah seharusnya 'kan....'

Freya menepuk kepala Rabi, berusaha menenangkannya, dan berusaha menenangkan diri nya sendiri. Ia tau, Frey pasti baik - baik saja, karena mereka punya ikatan batin yang kuat. Jika ada apa - apa pada Frey, pasti Freya langsung tau, dan pasti ada cara untuk menghubunginya.

Sambil mengatupkan kedua tangannya, Freya bergumam dalam hati, memanggil nama kembarannya kuat - kuat.

Wednesday, June 25, 2008

Return to Tomorrow -- Those Who Left Behind part 2

Setengah frustasi, Lexy dan Frey cuma bisa berlari memutar sambil menyerang Nightmare di depan mereka. Phoenix masih melayang di atas, sedangkan Guri, gara - gara serangan terakhir tadi akhirnya terkapar tidak bergerak.

"Dia pasti akan membunuhku~~" gerutu Lexy sambil membawa Guri ke tempat yang aman.

"Makhluk ini masa tidak ada celahnya sama sekali sih.." Kali ini giliran Frey yang bersimbah keringat.

Lexy menengadahkan kepalanya ke arah Phoenix. Tapi yang dipandang cuma bisa terbang merendah sambil menggelengkan kepalanya, membuat Lexy makin frustasi.

"Bisa tewas kita kalo menyerang serabutan kayak tadi. Ayo Lex, berpikirlah...!" gumam Lexy pada dirinya sendiri.

Gerakan Nightmare makin lama makin gesit, dan itu membuat mereka berempat tambah kelimpungan, karena memandang mata Nightmare saja sudah membuat Lexy jatuh bangun tak karuan. Shiro pun masih tetap berdiri tegak di tempatnya berada, seolah - olah efek dari serangan yang terjadi di sekitarnya sama sekali tidak sampai ke tempatnya berdiri.

"Hey Lex.. Di belakang Shiro itu apa sih? Dari tadi hilang muncul terus.."

"Lingkaran hitam itu? Humm... Sebentar.."

"Oi!" Frey berusaha menghentikan Lexy yang sudah lari mendekat ke arah Nightmare. Ke arah Shiro tepatnya.

Langkah Lexy berhenti tepat di depan Shiro. Seolah di sana adalah titik buta, Nightmare di sebelahnya malah berjalan ke arah sebaliknya, berfokus pada Frey dan Phoenix. Raut wajah Lexy sedikit cerah. Ia berputar ke sisi samping Shiro, mengangkat tinggi tangannya, dan menunggu lingkaran hitam di belakang punggung Shiro untuk keluar sekali lagi, dan BUM!

Cahaya biru dari tangan Lexy berhenti tepat di tengah lingkaran hitam yang mirip black hole itu. Suara ledakan kecil terdengar dari dalamnya, dan saat Lexy mendekatkan kepalanya, ia terpental jauh ke belakang, sampai ke sebelah Frey berdiri. Sambil menolak untuk dibantu berdiri, Lexy sekali lagi mendekat lingkaran hitam yang tidak hilang juga itu, dan melakukan serangannya sekali lagi, dan kemudian terpental lagi.

"Kamu kok jadi tambah bodoh sih.." gumam Frey setengah bercanda sambil mengulurkan tangan, yang langsung ditampik oleh Lexy yang ngambek. "Berhenti dulu sini. Coba liat Nightmare itu." Frey menunjuk pada Nightmare yang gerakannya ternyata makin lambat.

"Humph!" Lexy mendengus bangga.

"Yah, paling tidak kamu tidak terpental sia - sia Lex. Sana maju lagi!" Kali ini Frey mendorong Lexy maju.

"Grr. Bentar, masih ada lagi yang mau kucoba. Hummhhh..." Lexy kali ini maju perlahan ke depan Nightmare yang menolehkan kepalanya perlahan. "Frey, tahan aku ya."

"OK.." Frey bersiap di belakang Lexy, yang memutuskan untuk sekali lagi menatap mata kuning Nightmare yang menjulang tinggi di depannya itu.

Saturday, June 21, 2008

Return to Tomorrow -- Those Who Leave Ahead part 1

Suasana gerbong tidak menunjukkan adanya aktivitas komunikasi sama sekali. Freya terus memandang keluar jendela, ditemani oleh Rabi. Ren menengadahkan kepalanya ke atas sambil memejamkan matanya. Mir duduk manis di sebelahnya, sambil sesekali membelai kepala Inuki. Brownie pun hanya menyembunyikan kepalanya diantara kedua sayap kokohnya. 

Tom tidak menunjukkan sosoknya sejak memasuki gerbong lokomotif, padahal biasanya ia selalu berkumpul di gerbong tengah bersama mereka. Tidak ada yang berniat untuk mengintipnya ke gerbong depan. Tidak ada juga yang menanyakan tentang keberadaannya. Seolah - olah ini adalah pertama kalinya mereka berada dalam 1 gerbong, dan belum pernah kenal sama sekali.

Suasana hening itu akhirnya pecah juga. Rem mendadak membuat Freya menoleh, dan Ren membuka matanya. Tidak perlu waktu lama untuk menantikan Tom masuk ke dalam gerbong itu. Raut wajahnya tampak kucel. Mulutnya tampak ingin berkata sesuatu, tapi tidak ada kata - kata yang keluar. 

"Mau ngomong apa?" Freya kehabisan kesabaran. 

"..nggak.. dah.." Tom sudah akan berbalik meninggalkan gerbong, tapi Mir menarik tangannya. Sekali lagi tamparan keras mendarat di pipinya. Kali ini Tom memberikan reaksi yang benar, ia tampak bingung melihat raut wajah Mir yang ternyata tidak kalah kucel dari nya. "..aku salah lagi ya?"

"Masih nanya lagi?" geram Mir. "Kalau mau ngomong ya ngomong dong! Jangan setengah - setengah begitu! Gara - gara itu Shiro sampai..! Ahhh... aku tidak tau ah!" Mir kembali ke posisinya semula di sebelah Ren.

"..maaf.. gara - gara aku egois ingin pergi.." Akhirnya Tom buka mulut juga. "..sampai meninggalkan Frey dan Lexy segala... Guri, Rabi, Phoenix juga... aku benar - benar minta maaf.."

"Minta maaf nggak bakal bikin mereka tiba - tiba muncul di sini 'kan?" 

Tom melirik lirih ke Ren, lalu menggeleng perlahan. 

"Sekarang kita mau ke mana sih?" Freya angkat bicara lagi. "Mau terus berhenti di sini?" Dan perlahan, kereta itu berjalan lagi. Pelan dan pasti. "Jadi, mau ke mana?"

"..tidak tau..."

Freya hanya menghela nafas, seolah berkata, 'Sudah kuduga..'. Tapi kemudian ia kembali menatap Tom.

"Mereka bisa menyusul kita 'kan?"

"Frey dan Lexy," sambung Ren. "Mereka bisa sampai ke tempat kita 'kan?"

Friday, June 13, 2008

Return to Tomorrow -- Those Who Left Behind part 1


Seolah tidak ada yang terjadi, Tom mengulang lagi kata - katanya barusan. Dia tetap bersikeras untuk meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Shiro.

"Sana pergi duluan.." ujar Lexy yang kesadarannya sudah kembali. Sambil bangun dengan bertopang pada Ren, Lexy kembali menyeka keringatnya. "Aku baik - baik saja. Aku akan mengalihkan perhatian monster satu ini. Saat ia bergerak menjauh, kalian langsung naik kereta nya ya."

"Lex..!" Ren memprotes, tapi Lexy menahan agar Ren tidak berisik.

"Aku juga di sini dulu," gumam Frey menyambung omongan Lexy. "Freya, Ren, Mir dan Tom, pergi duluan aja. Kita di sini dulu, ya Lex?"

Lexy cuman mengangkat alisnya, sebelum mengarahkan serangannya lagi. "Ren, jaga cewek - cewek ini ya. Terutama si berisik satu itu," Lexy melirik ke Freya yang langsung cemberut.

Mir sudah siap membantah saat mereka bersiap pergi. Tapi Ren dengan sigap memberi nya penjelasan. Nightmare di depan mereka bergerak perlahan, menjauhi kereta hitam itu.

"Rabi dan Brownie ikut mereka ya," ujar Frey sambil membelai Rabi pelan. "Jaga mereka baik - baik ya. Kami nanti nyusul kok."

"Sekarang!!" seru Lexy saat Nightmare itu akhirnya berada di jarah yang cukup jauh dari kereta hitam. Tom, Mir, Freya, Rabi dan Inuki berlari masuk. Ren berusaha menarik Shiro, tapi sia - sia, dan akhirnya ia memutuskan untuk masuk juga.

Tidak butuh waktu lama agar kereta hitam itu melaju. Hanya dalam hitungan detik, benda hitam di depan Frey dan Lexy sudah berjalan menerobos dinding di depannya, meninggalkan lubang hitam menganga lebar.

"Yosh.." Lexy sudah bersiap mengarahkan serangannya lagi. Kali ini ia berusaha agar tidak lagi berpandangan dengan makhluk di depannya itu.

"Gimana caranya biar itu bisa keluar?" Frey menanyakan sinar dari tangan Lexy.

"Nggak tau, pertama kali dulu sih, gara - gara aku lagi ngamuk." Lexy langsung ditamplek Frey. "Beneran kok! Coba konsentrasi aja. Waktu itu sih gara - gara Phoenix nyaris kena serangan makanya aku reflek aja."

Setengah tidak percaya, Frey berusaha memusatkan pikirannya. Belum sempat ia memikirkan apa pun, matanya tertuju pada serangan yang tiba - tiba mengarah ke Lexy.

"LEX!!" Seiring teriakannya, sinar biru besar meluncur menghantam serangan yang nyaris mengenai Lexy.

"Tuh kan berhasil," gumam Lexy bangga. Dan sekali lagi Frey menggeplak kepala Lexy.

Friday, June 6, 2008

My Gift to You -- Fighter

Serangan - serangan yang biasanya bisa langsung menghabisi 1 Shadow, kali ini hanya seperti sabetan angin lalu. Nightmare tetap berdiri kokoh di depan mereka. Tidak menyerang, tidak menangkis, hanya memandang ke arah udara hampa di depannya.

Sementara kelima bocah itu sibuk dengan Nightmare, Tom malah tidak memperhatikannya sama sekali. Matanya terpaku pada Shiro yang masih berdiri tegak di samping kereta hitam. Mir berkali - kali mengguncang badan Tom agar tatapannya tidak kosong terus menerus, tapi berkali - kali juga Tom kembali menatap nanar ke depan.

"Sial!" Lexy menyeka keringat yang mengucur dari lehernya. Tenaga nya terkuras karena serangan bertubi - tubi yang ia lakukan. Rabi memberi isyarat agar Lexy mundur sejenak, yang tidak ditanggapinya. Lexy masih bersiap melakukan serangan berikutnya.

Serangan Lexy berikutnya mengenai tepat di mata Nightmare, membuat Lexy berseru keras, "Kena!". Shadow yang tadi nya tidak bergeming itu kemudian mulai menoleh ke arah serangan barusan. 

Memang tidak salah ia disebut Nightmare. Cuma dengan pandangan matanya, Lexy sampai mundur ke belakang. Ada aura aneh yang mulai terpancar dari Shadow itu. Aura yang membuat perasaan menjadi tertekan. Ren menghampiri Lexy yang sampai tertelungkup rendah. Badannya bergetar tidak karuan.  

"Oi, Lex! Oi!" Seruan Ren tampak tidak terdengar di telinga Lexy, sampai akhirnya Lexy bisa mengeluarkan sepatah kata.

"..lari.."  

"Ayo pergi.." Tom tiba - tiba sudah berdiri di sebelah Lexy. "Masuk ke dalam kereta hitam itu. Kalau Shiro masih saja berdiri di sana, tinggalkan saja dia."

Kelima bocah yang tadi nya berkonsentrasi ke arah Nightmare di depan mereka kini menoleh heran. Tidak seperti Tom biasanya, ia bahkan rela meninggalkan Shiro sendiri.

"Kau sudah gila ya?!" geram Freya nyaring. "Itu SHIRO! Bukan orang lain, tapi Shiro!" Freya memang sensitif dengan hal - hal semacam ini. Ia sudah merasakan bagaimana rasanya ditinggalkan.

"Tidak mungkin begitu 'kan?" gumam Frey mencoba meredakan suasana. "Lagian di depan kita masih ada.."

"Terobos saja Nightmare itu."

Mir mendaratkan tamparan keras di pipi Tom.