Sunday, April 20, 2008

Move On -- To The Homeland

Sebuah pemandangan yang sangat dirindukan terpampang di depan mata Shiro. Padang rumput hijau, pepohonan yang rimbun, bunga yang berwarna - warni di pinggiran jalan, air mancur di tengah pusat kota, keramaian yang alami. Semua hal yang membuatnya teringat akan rumahnya, baru kembali dilihatnya setelah ia tinggal di Klaudi bertahun - tahun.

Mata Shiro terus terbelalak. Ekspresi wajahnya yang semula keras, mulai melunak perlahan. Ia seperti mengingat kembali, seperti apa rasanya menjadi anak seusia Ren dan yang lain.

"Selamat datang di.. err.. kota tanpa nama? Hehehe.."

Yang lain hanya terpana, tapi Mir kemudian menyadari nya. Ia tau pemandangan ini, walaupun saat ia melihatnya sudah jauh, jauh sekali, berbeda.

"Kota tanpa nama... yang itu?!" Mir memandang Tom tidak percaya. Yang ditanya hanya mengangguk pelan.

"Kau tau tempat ini Mir?" tanya Ren.

"Lupa ya? Kota tempat kita berhenti setelah pergi dari Sunset Town. Tempat kita berpisah setelah insiden Shadow itu. Masih tidak ingat?"

Keempat bocah yang lain membentuk mulutnya dengan huruf 'O' besar dengan ekspresi kaget setengah mati. Kota tanpa kehidupan yang dijuluki kota tanpa nama itu, ada di hadapan mereka dengan pemandangan yang berbeda.

"Bagus ya?" ujar Tom, sambil menggiring mereka memasuki kota. "Tapi sayang.." Tom menunjuk menara jam besar yang menjulang tinggi. "Waktu di tempat ini terhenti.." Jarum panjang, pendek dan detik di jam itu tidak bergerak. Hanya mengeluarkan suara 'tik tik' tapi terhenti di arah jam 12.

"Sama seperti aku. 'Tubuh' asli dari kota ini sudah mati. Dan kalian sudah melihatnya kan? Itulah yang terjadi pada tempat tinggal mu." Tom menoleh ke Shiro, yang mau tidak mau langsung memasang tampang shock.

"Ciella Town... mati katamu..?" Shiro menghentikan langkahnya. "Mana mungkin.. kata mereka.. Ciella sudah.." Pilar tinggi di sebelah Shiro jadi sasaran kemarahannya. Kepalan tangannya membuat orang - orang di sekeliling mereka menoleh, mencari sumber keributan.

"Ayo jalan lagi.. Jangan malu - maluin ah.." Tom menggiring Shiro dan rombongan lainnya. Mereka memasuki sebuah rumah yang lumayan besar.

Sampai di dalam rumah, untuk kesekian kali nya Shiro terhenti. Kali ini, bukan karena ngambek, tapi karena hal lain. Pertama kali ia tidak sadar, tapi setelah memasuki ruang depan, ia ingat. Ini adalah rumahnya.

"Selamat kembali ke rumah," gumam Tom sambil menepuk bahu Shiro, yang hanya bisa tersenyum miris. Perlahan, air mata mengalir dari bola mata Shiro yang hijau.

0 comments: