Thursday, February 7, 2008

You Go Your Way -- 1st Power

Kereta hitam mereka berhenti untuk kedua kalinya di kota yang berbeda. Rusak. Itu lah yang bisa digambarkan dari kota, kalau masih bisa disebut kota, dengan bangunan yang kumuh, bekas tercabik - cabik, bekas amukan massal, bekas amukan alam, dan lain - lain. Mir dan Freya hanya bisa terperangah shock melihat keadaan itu.


Tidak ada plang nama atau apa pun yang bisa menunjukkan kota tempat mereka sampai itu disebut. Nama stasiun pun tak ada. Hanya ada kayu besar, yang sepertinya dulunya adalah plang nama stasiun, yang sekarang tidak ada sedikit tulisan pun yang terlihat. Tom berpamitan kepada kelima bocah itu. Ada urusan mendadak, katanya, dan kereta hitam bermasiniskan Tom itu pun menghilang dari pandangan mereka.


"Coba ke situ," Ren menunjuk ke sebuah bangunan yang besar, yang kerusakannya tidak lebih parah dari bangunan lainnya. Pintu yang besar, bangunan yang menjulang tinggi ke atas, hiasan lilin di sekitar jendela, dan lonceng besar di atas atap.


"Gereja," gumam Lexy. "Di tempat tinggalku, bangunan seperti ini namanya Gereja," jelas Lexy melihat keempat bocah lain yang kebingungan. Di tempat Ren, Mir, Frey dan Freya, tidak ada bangunan seperti ini.


Mereka masuk perlahan, diiringi bunyi pintu yang keras. Tidak ada orang di dalam sana. Altar di depan tampak masih bersih dan rapi, begitu pula dengan kursi - kursi yang ada di sekitarnya. Lexy duduk di barisan paling depan. Memandang nanar ke atap Gereja yang menjulang tinggi.


"Kita tidur di sini saja malam ini," usul Frey.


"Boleh juga, lagipula tidak ada tempat lain yang bisa ditinggali," gumam Freya yang mengintip ke luar jendela, memperhatikan bangunan lain yang nyaris terbelah dua.



Tidak ada yang spesial malam itu. Makan malam diisi dengan bekal dari si Nenek di kota Sunset. Tempat tidur mau tidak mau diganti dengan kursi - kursi panjang di sana. Keempat bocah yang lain sudah terlelap, kecuali Ren. Ia masih belum bisa tidur. Inuki di sebelahnya hanya terdiam sambil menemani tuannya yang hanya menatap nanar ke arah altar.



Suara 'BUM' keras membangunkan keempat bocah yang lain, dan membuat Ren terlonjak berdiri. Inuki berdiri di jalan depan altar, menggeram keras ke arah pintu masuk Gereja.


Shadow.


Satu kata itu lah yang melintas di kepala Ren, sambil mengingat - ingat penjelasan si Kakek. Yang bisa melawan Shadow adalah Light. Cahaya. Tidak ada sumber cahaya di sana. Lilin pun padam. Korek api tidak ada. Keempat bocah yang lain merapatkan diri satu sama lain, sementara ketiga hewan kecil mereka malah mendekat ke arah Shadow di depan mereka.


Bentuknya kali ini hanya seperti bayangan kantung plastik yang menjulang tinggi. Inuki yang mendekat pertama kali. Shadow di depannya bergerak perlahan ke arah serigala biru itu. Inuki tidak menghindar sama sekali, membuat Ren berteriak keras saat Shadow itu berada tepat 1cm di depan moncong si serigala. Cahaya biru yang membelah langit saat Inuki pertama kali ditemukan oleh Ren, kini muncul lagi.


Ren membuka mata, dan melihat cahaya biru yang terus keluar dari mulut Inuki. Selanjutnya seperti yang terjadi di penginapan Sunset, Shadow di depan mereka sudah hilang. Meninggalkan Ren dan kelima bocah lainnya terbengong - bengong menyaksikan apa yang baru saja dilakukan oleh Inuki.

0 comments: