Thursday, February 21, 2008

Looking for 'You' -- Mir

Aku tidak suka berada di rumah. Setelah ayahku pergi meninggalkan rumah tanpa alasan yang jelas, ibu lebih sering lagi mengurung diri nya di kamar. Makan pun harus aku yang menyiapkan sendiri. Rutinitas ku selalu sama setiap hari, menyiapkan makan, ke sekolah, beres - beres rumah, masak, tidur. Begitu terus setiap hari. Sampai bocah itu tiba.

Aku baru pulang dari sekolah, saat tiba - tiba ibu terpaku di ruang tamu, melihat seorang bocah berumur kurang lebih 7 tahun, dengan tatapan ketakutan. Tidak ada yang aneh pada bocah yang dipanggil Ren itu. Tapi ibu selalu ketakutan setiap kali bertatapan mata dengannya. Ren sendiri juga tidak ambil pusing.

Sering aku ingin mengajaknya bermain, tapi aku takut ibu akan marah. Aku tidak mau ibu menganggapku anak nakal. Apa pun yang terjadi aku harus mendapat predikat 'anak baik' di mata ibu.

Malam itu hanya seperti malam - malam biasanya. Tapi tiba - tiba saja ibu mengambil tongkat panjang, dan memukuli Ren. Sepertinya Ren ketauan menyelinap keluar. Aneh. Memangnya kenapa kalau Ren keluar? Ibu menginterogasinya habis - habisan. Apa ada yang melihatnya, apa yang dia lakukan di luar, ke mana dia pergi. Itu pertama kalinya aku melihat ekspresi wajah ibu yang menakutkan. Sejak malam itu, aku memutuskan. Aku akan pergi. Setelah lulus sekolah, aku akan pergi dari rumah ini.

Dan di sinilah aku. Kota tanpa nama. Penuh dengan Shadow. Tinggal berdua dengan Ren. Aku tau sebenarnya Ren tidak suka berada di dekatku. Tapi aku juga tidak mau sendirian. Aku tidak tau apa yang kulakukan di sini jika aku sendirian. Mungkin aku akan menangis sepanjang hari, menyesali kenapa aku pergi dari rumah hari itu. Tapi sekarang sudah ada Brownie. Aku sudah tidak takut lagi sendirian. Tapi mau ke mana aku?

Kereta hitam itu sudah pergi. Aku menyesal kenapa aku tidak ikut saja waktu itu, malah bilang mau bersama dengan Ren. Waktu Frey bilang mau ke bagian kota yang lain, aku juga tidak bsia bilang kalau aku mau ikut dengannya. Selalu begitu. Aku hanya bisa menyesali setiap keputusan yang kuambil.


***

Pagi itu bagaikan mimpi buruk. Ren hilang. Inuki juga tidak ada. Hanya tinggal aku dan Brownie. Aku terduduk lemas. Apa yang harus kulakukan? Harus ke mana aku sekarang? Kakiku melangkah tanpa arah, menyusuri kota tanpa nama itu. Tanpa sadar aku sudah sampai di stasiun. Aku berharap kereta hitam itu tiba - tiba muncul, dengan Tom sebagai masinisnya. Brownie tiba - tiba terbang rendah. Aku mengejarnya. Aku tidak mau ditinggal sendirian.

Tunggu!

Jangan tinggalkan aku!

Aku tidak mau sendirian di sini!!

Brownie menoleh sesaat. Aku masih terus berteriak. Dan sedetik kemudian, pandanganku hitam pekat.

0 comments: