Sunday, January 27, 2008

Pieces of a Dream -- Day 3

Pesan sms itu membangunkan Freya. Rambut sebahu nya acak - acakan. Dengan setengah malas, ia membuka pesan di handphone nya itu. Tanpa tertarik sedikitpun, ia melemparkan handphone nya ke tumpukan baju di sebelah tempat tidurnya.

"Non..! Ayo bangun..! Sudah pagi..!"

Ketokan di kamar membuat Freya menggerutu keras, sampai yang mengetok pun sedikit takut, dan langsung meninggalkan kamar Freya itu. Sedikit ogah - ogahan, Freya bangun juga menuju kamar mandi sambil menarik baju seragamnya dari kursi.

Kehidupan Freya jauh dari yang namanya kemiskinan. Rumahnya terletak di kawasan elit, dan termasuk salah satu rumah terbesar di kompleks nya. Papa nya bekerja sebagai kontraktor, sedang mama nya adalah seorang pengacara terkenal yang selalu memenangkan client yang didampinginya. Freya bukan anak tunggal. Malah sebenarnya ia adalah anak kembar. Saudara kembar nya yang satu adalah cowo bernama Frey, yang walaupun berumur sama, tapi kecerdasannya melebihi anak - anak seumur nya. Jika saat ini Freya masih berkutat di SMA, bersiap - siap menghadapi Ujian Nasional, maka Frey sudah tinggal menyelesaikan kuliah nya di Jepang, tepatnya Tokyo University, dengan jurusan Psikologi.

Sebenarnya Frey bisa saja mengambil jurusan kedokteran yang lebih susah, tapi ia ingin kuliah yang cepat selesai, biar bisa langsung kerja. Benar saja, kuliah nya yang seharusnya memakan waktu 2 setengah taun, hanya dikejar dalam waktu 1 setengah taun, dan saat ini Frey sedang sibuk mengerjakan skripsi, yang menurut Freya sudah selesai tapi diteliti terus oleh kembarannya itu.

Freya tidak sepintar Frey, tapi dalam hal olahraga, jangan ditanya, Freya jago nya. Senam lantai, bela diri, bahkan sepakbola dan baseball, semuanya dikuasai Freya dengan cepat. Tapi kalau sudah menyangkut pelajaran, maka Freya bukannya bodoh, tapi malas. Sehingga nilainya selalu pas - pas an, dan entah disengaja atau tidak, nilai Freya selalu pas 1 angka di atas nilai minimal. Pernah suatu waktu Frey menantang Freya, bisa atau tidak dia mendapat nilai 100 di semua mata pelajaran saat Ujian Kenaikan Kelas. Dan terbukti Freya memang bukan omong besar doang, semua mata pelajaran, kecuali kesenian tentunya, mendapat nilai 100. Dalam hal kesenian, memang malas Freya sudah keterlaluan, jadi ia hanya membuat sekenanya tanpa susah - susah mikir mau membuat apa.


Freya duduk di dalam mobil, sambil masih memandangi isi sms yang membuat nya melemparkan handphone kesayangan nya itu ke tumpukan baju. Untung tidak rusak, kalau cuil sedikit saja mungkin Frey bisa mencak - mencak tidak karuan, karena handphone itu kembaran dengan punya nya.

Isi sms itu biasa saja, bahkan tidak ada yang aneh atau mesum. Tapi karena isi yang biasa itu lah Freya menjadi penasaran.

"Do you want a piece of your dreams to return?"
"Don't miss your chance!"
"Search out for the shooting star the next day you receive this sms."
"Don't forget to sing for it!"
"Prepare yourself for the journey.
Remember, this is a one way ticket, so no returning home is given.
Your companion will pick you up on the nearest station in your town.
This is a no turning point of your life."
"Do you wanna come?"
"Yes or No"

Sudah kesekian kalinya Freya menerima sms seperti itu. Entah dari temannya yang iseng, atau dari orang tak dikenal yang penasaran dengan jati dirinya yang dibilang misterius. Tapi karena pagi itu Freya lagi bete gak jelas, dibalasnya juga sms itu.

"Yes."

***


Malamnya, Freya tidak bisa tidur. Kejadian di sekolah tadi membuat mood nya bertambah buruk. Gerombolan cewek nakal di kelasnya entah kenapa lagi - lagi mencari perkara. Hanya masalah sepele, pensil salah satu dari mereka jatuh di dekat meja Freya, tapi Freya tidak mau mengambilkannya, membuat mereka langsung saja mengobrak abrik meja Freya. Tentu saja yang diusili tidak tinggal diam. Tanpa babibu, kepalan tangan Freya bersarang di pipi ketua gerombolan itu. Kontan saja, murid lain yang takut pada mereka, menyalahkan Freya saat dimintai keterangan oleh Guru yang bertugas.

Suara 'suuuuut' pelan membuat Freya menolehkan kepalanya ke arah jendela. Bintang jatuh di sms yang tadi diterimanya muncul. Tanpa berpikir lebih lanjut, Freya mengepak baju seadanya. Tas ransel merah ditentengnya menuruni jendela kamarnya. Secarik kertas bertuliskan "Aku pergi sebentar." nangkring di meja belajarnya.

Freya berlari menuju ke pinggiran hutan di dekat stasiun kereta api, tempat di mana bintang jatuh itu kira - kira mendarat. Tidak sulit menemukan yang dicari. Hutan itu kecil, dan tempat mendarat bintang jatuh itu hanya maju sedikit dari tempat masuk. Cahaya hijau membelah langit tanpa bintang malam itu.

Makhluk mirip dino berekor panjang berwarna hijau daun itu muncul dari lubang berdiameter 4m itu. Mengingat isi sms nya, Freya melantunkan lagu favoritnya, yang cocok dengan bulan purnama yang muncul saat itu : "Full Moon Sway". Dino di depannya mengeluarkan rintihan halus yang seperti memberikan musik ke lagu Freya.

Beberapa menit kemudian, Freya dan dino itu sudah duduk di kursi stasiun, menunggu jemputan yang dikabarkan.

0 comments: