Monday, January 21, 2008

Pieces of a Dream -- Day 1

Lintasan bintang jatuh menyinari langit malam itu.

Suara 'gedebum' berikutnya tampaknya tidak membuat segerombolan orang di dekat sana merasa takut dan menyingkir.

Gumpalan asap mulai keluar dari lubang yang disebabkan oleh bintang jatuh itu.

Cahaya biru terang menerangi gumpalan asap itu, seperti sedang membukakan jalan untuk sesuatu yang akan keluar dari lubang berdiameter 4m itu. Benar saja, lolongan seperti serigala mengiringi hilangnya asap yang digantikan sinar biru yang memancar lurus sampai ke langit - langit.

Ren mendekati arah suara itu. Sambil duduk di pinggiran lubang, ia mulai memainkan harmonika nya. Melantunkan lagu yang senada dengan gaung lolongan panjang yang memecah keheningan malam.

"Sini...!"

Sesosok makhluk mirip serigala berbulu biru tua, muncul perlahan mengikuti panggilan Ren. Bukan hewan yang menakutkan, karena ukurannya masih sangat kecil, persis seperti anak anjing yang baru berusia 1 bulan. Ren melanjutkan permainan harmonika nya. Serigala kecil itu menghampiri Ren, duduk di depan Ren, dan sekali lagi menggaungkan lolongan yang panjang.


***


Ren mengendap - endap memasuki rumah nya. Ia takut menimbulkan suara, karena sudah hampir subuh, tapi dia baru saja pulang. Pasti orang rumah akan berteriak lagi padanya, "Jangan pulang saja sekalian!" jika mereka memergoki Ren.

Sampai dengan selamat di kamarnya, Ren mengeluarkan serigala biru tadi dari dalam kaosnya. Karena mirip dengan anjing setengah serigala, maka Ren menamainya Inuki, artinya serigala langit. Ren sudah menantikan hari ini, hari di mana Inuki akan datang. Jika Inuki sudah datang kepadanya, maka sudah waktunya ia pergi dari rumah bobrok ini. Tapi ia bingung, bagaimana cara memberitau orang rumah.

Pergi mengendap - endap memang tidak baik, tapi jika izin pun belum tentu ia boleh pergi. Jadi Ren berniat meninggalkan sepucuk surat agar dia tidak dicap sebagai anak kurang ajar yang pergi tanpa pamit. Setelah menetapkan hal itu, Ren segera mengepak barang - barangnya. Tas biru besar sudah disiapkan di bawah tempat tidurnya, tinggal diisi saja.

Selesai mengepak, menulis surat dan lainnya, Ren melihat ke arah jam tangannya. Jam 4 pagi. Sebentar lagi matahari terbit, jadi sebaiknya sebelum itu ia sudah berada jauh dari sini. Dengan mengendap - endap, Ren lagi - lagi memasukkan Inuki ke dalam kaosnya sambil keluar dari kamarnya, keluar dari rumah bobrok itu.

Jam 5.30.

Matahari mulai muncul. Ren berbalik sebentar, mengamati rumah yang baru saja ditinggalkannya. Impiannya dari kecil kini terkabul sudah : pergi meninggalkan rumah tempat ia dibesarkan, ke tempat lain, ke kota lain, atau mungkin ke negara lain, yang penting bukan lagi di sini. Ren ingin pergi, ke tempat di mana ia seharusnya berada.

0 comments: